Echinodermata (dalam bahasa yunani, echino = landak, derma = kulit) adalah kelompok hewan triopoblastik selomata yang memilki ciri khas adanya rangka dalam (endoskeleton) berduri yang menembus kulit.
Ciri tubuh
Ciri tubuh Echinodermata meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh
Ukuran dan bentuk tubuh
Bentuk tubuh Echinodermata ada yang seperti bintang, bulat, pipih, bulat memanjang, dan seperti tumbuhan.
Tubuh terdiri dari bagian oral (yang memiliki mulut) dan Aboral (yang tidak memiliki mulut).
Struktur dan fungsi tubuh
Permukaan Echinodermata umumnya berduri, baik itu pendek tumpul atau runcing panjang.Duri berpangkal pada suatu lempeng kalsium karbonat yang disebut testa.Sistem saluran air dalam rongga tubuhnya disebut ambulakral.Ambulakral berfungsi untuk mengatur pergerakan bagian yang menjulur keluar tubuh, yaitu kaki ambulakral atau kaki tabung ambulakral.Kaki ambulakral memiliki alat isap.sistem pencernaan terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.Sistem ekskresi tidak ada.Pertukaran gas terjadi melalui insang kecil yang merupakan pemanjangan kulit.Sistem sirkulasi belum berkembang baik.Echinodermata melakukan respirasi dan makan pada selom.Sistem saraf Echinodermata terdiri dari cincin pusat saraf dan cabang saraf.Echinodermata tidak memiliki otak.Untuk reproduksi Echinodermata ada yang bersifat hermafrodit dan dioseus.
Cara hidup dan habitat
Echinodermata merupakan hewan yang hidup bebas.Makanannya adalah kerang, plankton, dan organisme yang mati.Habitatnya di dasar air laut, di daerah pantai hingga laut dalam.
Reproduksi
Echinodermata bersifat dioseus bersaluran reproduksi sederhana.Fertilisasi berlangsung secara eksternal.Zigot berkembang menjadi larva yang simetris bilateral bersilia.Hewan ini juga dapat beregenerasi.
Klasifikasi
Echinodermata dikelompokkan menjadi lima kelas, yaitu Asteroidea, Ophiuroidea, Echinoidea, Holothuroidea, dan Crinoidea.
Asteroidea
Asteroidea merupakan spesies Echinodermata yang paling banyak jumlahnya, yaitu sekitar 1.600 spesies.Asteroidea juga sering disebut bintang laut.Contoh spesies ini adalah Acanthaster sp., Linckia sp., dan Pentaceros sp.Tubuh Asteroidea memiliki duri tumpul dan pendek.Duri tersebut ada yang termodifikasi menjadi bentuk seperti catut yang disebut Pediselaria.Fungsi pediselaria adalah untuk menangkap makanan serta melindungi permukaan tubuh dari kotoran.Pada bagian tubuh dengan mulut disebut bagian oral, sedangkan bagian tubuh dengan lubang anus disebut aboral.Pada hewan ini, kaki ambulakral selain untuk bergerak juga merupakan alat pengisap sehingga dapat melekat kuat pada suatu dasar.
Sistem ambulakral Asteroidea terdiri dari :
- Medreporit adalah lempengan berpori pada permukaan cakram pusat dibagian dorsal tubuh.
- Saluran cincin terdapat di rongga tubuh cakram pusat
- Saluran radial merupakan cabang saluran cincin ke setiap lengan
- Kaki ambulakral merupakan juluran saluran radial yang keluar.
Anggota Asteroidea memiliki kemampuan regenerasi yang sangat besar.Setiap bagian lengannya dapat beregenerasi dan bagian cakram pusat yang rusak dapat diganti.Asteroidea merupakan hewan dioseus, organ kelamin berpasangan pada setiap lengan, dan fertilisasi terjadi di luar tubuh.
Ophiuroidea
Ophiuroidea terdiri dari 2.000 spesies, contohnya adalah bintang ular (Ophiothrix).Ophiuroidea (dalam bahasa yunani, ophio = ular) berbentuk seperti asteroidea, namun lengannya lebih langsing dan fleksibel.Cakram pusatnya kecil dan pipih dengan permukaan aboral (dorsal) yang halus atau berduri tumpul.Ophiuroidea tidak memiliki pediselaria.Cakram pusat berbatasan dengan lengan-lengannya.
Hewan ini pun juga dapat beregenerasi.
Echinoidea
Echinoidea berbentuk bola atau pipih, tanpa lengan.Echinoidea yang berbentuk bola misalnya bulu babi (diadema saxatile) dan landak laut (Arabcia punctulata).Permukaan tubuh hewan ini berduri panjang.Echinoidea memilki alat pencernaan khas, yaitu tembolok kompleks yang disebut lentera aristoteles.Fungsi dari tembolok tersebut adalah untuk menggiling makanannya yang berupa ganggang atau sisa-sisa organisme.Echinoidea yang bertubuh pipih misalnya dolar pasir (Echinarachnius parma).Permukaan sisi oral tubuhnya pipih, sedangkan sisi aboralnya agak cembung.Tubuhnya tertutupi oleh duri yang halus dan rapat.Durinya berfungsi untuk bergerak, menggali, dan melindungi permukaan tubuhnya dari kotoran.Kaki ambulakral hanya terdapat di sisi oral yang berfungsi utuk mengangkut makanan.
Holothuroidea
Holothuroidea dikenal dengan nama timun laut atau teripang.Contoh hewan ini adalah Cucumaria sp., Holothuria sp., dan Bohadschia argus.Hewan ini tidak berlengan dan anus terdapat pada kutub yang berlawanan dari tubuhnya.Daerah ambulakral dan inter-ambulakral tersusun berselang-seling di sepanjang tubuhnya.Alur ambulakral tertutup, madreporit terdapat di rongga tubuhnya.Sebagian kaki ambulakral termodifikasi menjadi tentakel oral.Sistem respirasinya disebut pohon respirasi, karena sistem tersebut terdiri dari dua saluran utama yang bercabang pada rongga tubuhnya.Keluar dan masuknya air melalui anus.
Crinoidea
Hewan ini berbentuk seperti tumbuhan.Crinoidea terdiri dari kelompok yang tubuhnya bertangkai dan tidak bertangkai.Kelompok yang bertangkai dikenal sebagai lili laut, sedangkan yang tidak bertangkai dikenal sebagai bintang laut berbulu.Contoh lili laut adalah Metacrinus rotundus dan untuk bintang laut berbulu adalah Oxycomanthus benneffit dan Ptilometra australis.Lili laut menetap di kedalaman 100 m atau lebih.Sedangkan yang berbulu hidup di daerah pasang surut sampai laut dalam.Kedua kelompok tersebut memiliki oral yang menghadap ke atas.Lengannya yang berjumlah banyak mkengelilingi bagian kaliks (dasar tubuh).Pada kaliks terdapat mulut dan anus.Jumlah lengan kelipatan lima dan mengandung cabang-cabang kecil yang disebut pinula.Sistem ambulakral tidak memiliki madreporit dan ampula.Crinoidea adalah pemakan cairan, misalnya zooplankton atau partikel makanan.
Peran Echinodermata bagi Manusia
Echinodermata dimanfaatkan oleh manusia sebagai berikut.
- Makanan.Misalnya telur landak laut yang banyak dikonsumsi di Jepang dan keripik timun laut yang banyak dijual di Sidoarjo. Jawa Timur.
- Bahan penelitian mengenai fertilisasi dan perkembangan awal.Para ilmuwan biologi sering mengggunakan gamet dan embrio landak laut.
Namun, bintang laut sering dianggap merugikan oleh pembudidaya tiram mutiara dan kerang laut karena merupakan predator hewan-hewan budidaya tersebut.
Selasa, 26 April 2011
Rabu, 06 April 2011
Paus biru (Balaenoptera musculus)
Paus biru (Balaenoptera musculus) adalah mamalia laut yang masuk kedalam subordo paus balin.[3] Panjangnya mencapai lebih dari 33 meter dan memiliki massa 181 ton metrik atau lebih. Binatang ini dipercaya sebagai hewan terbesar yang pernah ada.
Panjang dan langsing, tubuh paus biru dapat bervariasi keteduhan kelabu kebiruannya.[3] Ada sedikitnya tiga perbedaan subspesies: B. m. musculus Atlantik utara dan Pasifik utara, B. m. intermedia, Samudra selatan dan B. m. brevicauda (juga dikenal sebagai paus biru kerdil) ditemukan di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Selatan. B. m. indica ditemukan di Samudra Hindia, mungkin menjadi subspesies lain. Seperti dengan paus balin lain, pola makannya berisi secara pokok crustacea kecil yang dikenal sebagai krill, yang sama baiknya dengan ikan kecil dan cumi-cumi.
Paus biru sangat berlimpah di hampir seluruh samudra hingga memasuki abad 20. Selama lebih dari 40 tahun paus-paus tersebut diburu sampai mendekati kepunahan dengan adanya perburuan paus hingga dilindungi oleh komunitas internasional pada tahun 1966. Sebuah laporan tahun 2002 memperkirakan ada 5.000 sampai 12.000 paus biru di seluruh dunia[6] yang lokasinya terbagi dalam sedikitnya lima kelompok. Kebanyakan riset saat ini memberi perhatian terhadap subspesies paus biru kerdil yang mungkin dibawah perkiraan.[7] Sebelum perburuan paus, populasi terbesar berada di Antartika, dengan jumlah diperkirakan 239.000 (mencapai 202.000 hingga 311.000).[8] Sisanya yang hanya sebagian kecil (sekitar 2.000) mengkonsentrasikan di setiap kelompok Pasifik timur laut, Antartika, dan Samudra Hindia. Ada dua lebih kelompok di Samudra Atlantik utara dan sedikitnya dua di Belahan Selatan.
Taksonomi
Lihat pula: Evolusi Cetacea
Paus biru merupakan rorqual (famili Balaenopteridae), famili yang termasuk di dalamnya Paus bungkuk, Paus sirip, Paus Bryde, Paus Sei dan Paus Minke.[3] Famili Balaenopteridae diyakini memiliki perbedaan dengan famili paus lain dari subordo Mysticeti yang sama lamanya dengan pertengahan Oligocene. Walau begitu, hal ini tidak diketahui walaupun kelompok famili tersebut berbeda dari lainnya. Paus biru biasanya diklasifikasikan sebagai salah satu dari tujuh spesies paus dalam genus Balaenoptera; satu otoritas yang menempatkan paus ini dalam genus monotypic terpisah Sibbaldus,[9] namun ini tidak disetujui di lain tempat.[1]Analisa beruntun DNA mengindikasi bahwa paus biru merupakan secara Filogenetik dekat dengan Paus bungkuk (Megaptera) dan Paus Kelabu (Eschrichtius) kemudian dengan spesies Balaenoptera lain. Jika riset lebih lanjut mengkonfirmasi adanya kekerabatan, mungkin akan menjadi diperlukan untuk mengklasifikasi ulang rorqual.
Pohon filogenetik hewan yang berhubungan dengan paus biru.
Ada sedikitnya 11 dokumetasi kasus persilangan paus biru / paus sirip dewasa di alam liar. Aranson dan Gullberg menguraikan jarak genetik antara seekor paus biru dan paus sirip sebagai kesamaan seperti antara manusia dan gorila.[10] Persilangan paus biru / paus bungkuk juga diketahui.
Nama spesifik musculus merupakan bahasa Latin dan dapat berarti "berotot", namun dapat juga ditafsirkan sebagai "tikus kecil".[11] Linnaeus, yang menamai spesies ini di seminalnya Systema Naturae tahun 1758,[12] mungkin telah mengetahui ini dan mungkin bermaksud pengertian ganda yang ironis.[13] Spesies ini juga disebut Dasar-Sulfur oleh Herman Melville dalam novelnya Moby-Dick yang berkaitan dengan sedikit coklat oren atau kuning pada bagian bawah dari film diatom di kulitnya. Nama umum lain untuk paus biru seperti Rorqual Sibbald (setelah Sir Robert Sibbald), paus biru raksasa dan rorqual utara raksasa. Nama tersebut telah ditinggalkan dan tidak dipakai lagi dalam dekade saat ini.
Otoritas mengklasifikasikan spesies ini ke dalam tiga atau empat subspesies: B. m. musculus, paus biru utara terdiri atas populasi Atlantik utara dan Pasifik utara, B. m. intermedia, paus biru selatan Samudra Selatan, B. m. brevicauda, paus biru kerdil ditemukan di Samudra Hindia dan Pasifik Selatan,[14] dan B. m. indica, Rorqual Hindia Besar yang lebih bermasalah, juga ditemukan di Samudra Hindia dan meskipun diuraikan lebih awal mungkin menjadi subspesies yang sama sebagai B. m. brevicauda.[1]
[sunting] Deskripsi dan perilaku
Paus biru dewasa.
Pemandangan udara paus biru menunjukkan kedua sirip dada.
Semburan paus biru.
Sirip dorsal kecil paus biru ini hanya terlihat pada bagian kiri.
Paus biru memiliki tubuh lonjong panjang yang menunjukkan bidang dalam perbandingan dengan tubuh paus lain.[15] Kepalanya berbentuk datar dan U dan memiliki punggung mencolok yang terbentang dari lubang sembur hingga bagian birir atas.[15] Bagian depan mulut berbentuk tebal dengan lempeng balin; sekitar 300 lempeng (setiap lempeng panjangnya sekitar satu meter)[15] tergantung dari rahang atas, mencapai 0.5 m yang kembali ke dalam mulut. Antara 60 dan 90 lekukan (disebut lempeng ventral) mencapai dari kerongkongan secara pararel hingga tubuh. Lempeng ini membantu dalam memindahkan air dari mulut setelah gerakan makan (lihat cara makan di bawah).
Sirip dorsal berbetuk kecil,[15] yang terlihat singkat selama urutan menyelam. Terletak sekitar tiga perempat bagian sepanjang tubuh yang membedakan dalam bentuk satu individu terhadap lainnya; beberapa hanya memiliki gumpalan jelas yang sedikit, namun lainnya mungkin memiliki dorsal menonjol dan falcate. Ketika menuju permukan untuk bernafas, paus biru menunjukkan bahu dan lubang semburnya keluar air untuk sebuah tingkatan besar daripada paus besar lain seperti Paus sirip atau Paus Sei. Ciri ini mungkin digunakan oleh peneliti untuk membedakan antar spesies di lautan. Beberapa paus biru di Atlantik utara dan Pasifik utara menunjukkan ujung ekor mereka ketika menyelam. Ketika bernafas, paus mengeluarkan sebuah semburan kolom vertikal menakjubkan (lebih dari 12 m, secara umum 9 m yang dapat terlihat dari jarak jauh di hari yang tenang. Paru-parunya berkapasitas 5.000 liter. paus biru memiliki lubang sembur ganda, yang terlindungi oleh pelindung besar.[15]
Siripnya memiliki panjang tiga hingga empat meter. Sisi atas berwarna abu-abu dengan pembatas putih tipis. Sisi bawah berwarna putih. Ujung kepala dan ekor umumnya tertutup warna abu-abu. Bagian atas paus, dan kadang sirip, biasanya terdapat tonjolan. Tingkat tonjolan bervariasi pada hakekatnya dari satu individu terhadap individu lain. Beberapa mungkin tertutup warna abu-abu kebiruan seluruhnya, namun lainnya menunjukkan variasi yang pantas biru gelap, abu abu dan hitam, seluruh macam tonjolan.[3]
Paus biru dapat menempuh kecepatan 50 km/jam melibihi ledakan singkat, secara umum ketika berinteraksi dengan paus lain, namun 20 km/jam merupakan kecepatan berkelana yang paling khas.[3] Ketika makan mereka bergerak pelan hingga 5 km/jam.
Paus biru kebanyakan umumnya hidup sendiri arau dengan seekor individu lain. Hal itu tidak diketahui apakah bahwa berkelana berpasangan bertahan bersama melebihi periode panjang atau bentuk kerabat lepas lain. Di tempat dimana di sana merupakan konsentrasi tinggi makanan, sebanyak 50 paus biru telah tampak menyebar melebihi area kecil. Namun begitu, mereka tidak membentuk kelompok hubungan besar yang tampak dalam paus balin lain.
[sunting] Ukuran
Paus biru sulit ditimbang karena ukuran mereka. Kebanyakan paus biru dibunuh oleh pemburu paus yang tidak mempertimbangkannya secara utuh, namun dipotong menjadi pengaturan potongan-potongan dahulu. Penyebab ini merupakan sebuah peremehan massa total paus, berkaitan dengan hilangnya darah dan cairan lain. Meski demikian, hasil pengukuran antara 150 dan 170 ton dibuat oleh hewan dengan panjang sekitar 27 m. Massa seekor individu berukuran panjang 30 m diyakini oleh NMML memiliki massa lebih 180 ton. Paus biru terbesar ditimbang secara teliti oleh ilmuan NMML untuk mengukur seekor betina yang memiliki massa 177 ton.[6]
Paus biru diyakini sebagai hewan terbesar yang pernah hidup.[15] Dinosaurus terbesar diketahui dari Era Mesozoic merupakan Argentinosaurus,[16] yang diperkirakan memiliki massa sekitar 90 ton, meskipun vertebrata kontoversional Amphicoelias fragillimus mungkin diindikasi sebagai hewan yang memiliki massa 122 ton dan panjang 40–60 meter.[17] Ada beberapa ketidaksetujuan tentang paus biru terbesar yang pernah ditemukan sebagai kebanyakan data yang muncul dari paus biru yang dibunuh di perairan Antartika selama setengah abad dua puluh pertama dan dikoleksi oleh pemburu paus yang tidak mengenal baik dalam teknik pengukuran zoologi standar. Paus terpanjang pernah diraih dua berina berukuran 33.6 m dan 33.3 m secara berturut-turut..[18] Walau begitu, kendala pengukuran tersebut diperselisihkan. Paus terpanjang yang diukur oleh ilmuan di National Marine Mammal Laboratory (NMML) Amerika adalah 29.9 m.[6]
Lidah paus biru memiliki massa sekitar 2.7 ton[19] dan ketika secara penuh membuka mulutnya diperkirakan cukup besar untuk menampung lebih dari 90 ton makanan dan air.[20] Disamping ukuran mulutnya, ukuran kerongkongannya menunjukkan bahwa seekor paus biru tidak dapat menelan obyek yang lebih besar daripada bola basket. Jantungnya bermassa 600 kg dan merupakan yang terbesar yang diketahui dari binatang manapun.[19] Aorta paus biru berdiameter sekitar 23 cm.[22] Selama 7 bulan pertama hidupnya, seekor anak paus biru minum kira-kira 400 liter susu setiap harinya. Anak paus biru bertambah berat secara cepat, sebanyak 90 kg setiap 24 jam. Bahkan saat melahirkan, mereka memiliki massa 2,700 kilogram – sama seperti pertumbuhan penuh kuda nil.[3]
[sunting] Makanan
Paus biru makan hampir secara khusus adalah krill, meskipun mereka juga makan sejumlah kecil copepoda.[23] Spesies zooplankton ini dimakan oleh berbagai paus biru dari satu samudra ke samudra lain. Di Atlantik utara, Meganyctiphanes norvegica, Thysanoessa raschii, Thysanoessa inermis dan Thysanoessa longicaudata merupakan makanan yang umum.[24][25][26] Di Pasifik selatan, Euphausia pacifica, Thysanoessa inermis, Thysanoessa longipes, Thysanoessa spinifera, Nyctiphanes symplex dan Nematoscelis megalops;[27][28][29] di Antartika Euphausia superba, Euphausia crystallorophias dan Euphausia valentin.
Paus-paus tersebut selalu makan dalam area dengan konsentrasi tinggi krill, yang kadang-kadang makan hingga 3,600 kg krill dalam hari tunggal.[23] Ini berarti bahwa mereka secara khas makan pada kedalaman lebih dari 100 m sepanjang hari, dan hanya makan di permukaan saat malam. Waktu menyelam secara khas adalah 10 menit ketika makan, walau menyelam lebih dari 20 menit merupakan hal biasa. Rekaman penyelaman terlama adalah 36 menit (Musim panas, 1998). Paus ini makan dengan paru-paru tepat pada segerombolan krill, mengangkut hewan tersebut dan kwantitas besar air dalam mulutnya. Air tersebut kemudian didorong keluar hingga lempeng balin oleh tekanan dari dari kantung sirip dan lidah. Sekali mulutnya bersih dari air, sisa krill, tidak dapat melewati menembus lempeng, lalu ditelan. Paus biru juga secara kebetulan mengkonsumsi ikan kecil, crustacea dan cumi-cumi yang tertangkap dengan krill.
Sejarah kehidupan
Paus biru muda dengan induk betina.
Perkawinan dimulai di akhir musim gugur, dan berlanjut sampai akhir musim dingin.[32] Sedikit diketahui tentang perilaku perkawinan atau landasan perkembangbiakan. Betina secara khas melahirkan sekali setiap dua hingga tiga tahun saat awal musim dingin setelah periode kehamilan sepuluh hingga dua belas bulan.[32] Massa anak sekitar dua setengah ton dan panjangnya sekitar 7 m. Anak paus biru minum 380–570 liter susu setiap hari. Proses penyapihan berlangsung sekitar enam bulan, dengan waktu dimana sang anak talah mencapai panjang dua kali lipat. Kematangan seksual secara khas mencapai delapan hingga sepuluh tahun dengan waktu dimana jantan telah mencapai panjang 20 m (atau lebih di Belahan Selatan). Betina masih lebih besar, mencapai kematangan seksual saat sekitar usia lima tahun, dengan panjang telah mencapai 21 m.
Perkiraan ilmuan bahwa paus biru dapat berusia hingga sekitar 80 tahun;[18][33][32] walau begitu, sejak rekaman individu tidak tertanggal kembali dalam era perburuan paus, ini tidak akan diketahui dengan persetujuan untuk banyak tahun. Penelitian rekaman terpanjang individu tunggal adalah 34 tahun, di timur laut Psifik (dilaporkan pada Musim panas, 1998). Predator alam bagi paus ini adalah Paus pembunuh.[34] Laporan penelitian bahwa sebanyak 25% paus biru dewasa memiliki luka yang disebabkan serangan Paus pembunuh.[18] Tingkat kematian berkaitan dengan penyerangan tidak diketahui.
Kedudukan paus biru sangat tidak biasa, dan, karena struktur sosial spesies, kumpulan yang menepi tidak dikatahui.[35] Walau begitu, ketika paus menepi terjadi, mereka dapat menjadi perhatian publik. Pada tahun 1920, paus biru diberantas di dekat Bragar, Pulau Lewis, bagian Hebrides luar Skotlandia. Hewan ini ditembak tepat kepalanya oleh pemburu paus, namun harpun gagal ditembakkan. Seperti mamalia lain, insting fundamental paus ini mencoba menangani proses bernafas di seluruh pantai, bahkan ini berarti menepi merupakan untuk menghindarkan dirianya agar tidak tenggelam. Dua dari tulang paus yang terkubur dekat jalur utama pada Pulau Lewis, dan menyisakan sebuah atraksi wisatawan.
Vokalisasi
Diperkirakan buatan Cummings dan Thompson (1971) mendukung bahwa tingkat sumber suara yang dibuat paus biru antara 155 dan 188 desibel ketika diukur relatifitasnya untuk mereferansi tekanan satu micropascal dalam satu meter.[37][38] Seluruh kelompok paus biru membuat panggilan pada frekuensi fundamental antara 10 dan 40 Hz, dan suara frekuensi terendah manusia dapat secara khas merasakan 20 Hz. Paus biru memanggil terakhir antara sepuluh hingga tiga puluh detik. Apalagi paus biru mendekati pantai Sri Langka yang terekam secara berulang membuat "nyanyian" yang terdiri dari empat kali yang tercatat lamanya sekitar dua menit setiap nyanyian, mengingatkan nyanyian Paus bungkuk yang terkenal. Peneliti percaya bahwa sepertinya fenomena ini tidak terlihat di populasi lain manapun, ini mungkin keunikan untuk subspesies paus biru kerdil B. m. brevicauda. Penyebab vokaslisasi tidak diketahui. Richardson et al (1995) mendiskusikan enam penyebab kemungkinan:[39]
1. Pemeliharaan terhadap jarak inter-individu
2. Perkenalan spesies dan individu,
3. Transmisi informasi kontekstual (e.g., makan, peringatan, percumbuan)
4. Pemeliharaan organisasi sosial (e.g., kontak hubungan antara betina dan jantan)
5. Lokasi corak topografi
6. Lokasi sumber makanan/buruan
Populasi dan perburuan paus
Era perburuan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah perburuan paus
Populasi paus biru telah berkurang drastis karena perburuan paus komersial.
Paus biru tidak mudah ditangkap atau dibunuh. Kecepatan dan kekuatan mereka menunjukkan bahwa mereka jarang dikejar pada awal perburuan paus yang mengganti target dengan Paus Sperma dan Paus Sikat.[40] Tahun 1864 orang Norwegia Svend Foyn melengkapi rancangan kapal uap dengan harpun secara spesifik untuk menangkap paus yang besar.[3] Meskipun pada awalnya sulit dan dengan tingkat keberhasilan rendah, Foyn menyempurnakan senjata harpun dan kemudian beberapa stasiun perburuan paus telah ditetapkan di pantai Finnmark di utara Norwegia. Karena berselisih dengan nelayan lokal, stasiun perburuan paus terakhir di Finnmark ditutup pada tahun 1904.
Paus biru kemudian menjadi diburu di Islandia (1883), Kepulauan Faroe (1894), Newfoundland (1898), dan Spitsbergen (1903). Tahun 1904-05 paus biru pertama tertangkap di Georgia Selatan. Pada 1925, dengan kedatangan tempat peluncuran buritan kapal pada perusahaan kapal, dan penggunaan penangkap paus tenaga uap, tangkapan paus biru, dan paus balin seperti sebuah keutuhan, di Antartika dan sub-Antartika mulai meningkat drastis. Antara 1930 dan 1931, ada kapal-kapal yang membunuh 29.400 paus biru di Antartika sendirian. Dengan berakhirnya Perang Dunia II, populasi tersebut secara mentap dihabiskan, dan tahun 1946 kuota pertama membatasi perdagangan internasional untuk paus diperkenalkan, namun hal tersebut tidak efektif karena ketiadaan pembedaan antar spesies. Spesies langka dapat diburu pada kedudukan sama dengan itu telah ditemukan dalam limpahan relatif. Perburuan paus biru dikecam pada tahun 1960-an oleh Komisi Perpausan Internasional,[41][42] dan perburuan paus ilegal oleh USSR yang akhirnya mulai diperhatikan pada tahun 1970-an,[43] dengan waktu itu dimana 330.000 paus biru dibunuh di Antartika, 33.000 di sisa Belahan Selatan, 8.200 di Pasifik Utara, dan 7.000 di Atlantik Utara. Populasi asli terbesar, berada di Antartika yang telah berkurang hingga 0.15% dari jumlah awal mereka.
Pemburu paus dengan jalas mendorong paus biru mendekati kepunhan, namun daripada mengabil hasil terkecil yang melebihi peroide panjang, pemburu paus melanjutkan menghabiskan populasi. Dalam penelitian belakangan ini, telah memmperhitungkan untuk mengamati industi perburuan paus dan peraturan oleh ahli biologi kelautan, kebanyakan paus mungkin telah diperdagangkan secara komersial, sekalipun melebihi jangka waktu panjang. Dinamik populasi berbelit-belit dalam penangkapan mamalia berumur panjang yang sangat berbeda dari keterbelitan tersebut dalam penangkapan ikan berumur pendek. Berhubungan dengan tingkat panjang reproduksi (kehamilan lebih dari satu tahun) dan ukuran liter terkecil (satu atau dua anak), pemulihan populasi paus lebih lambat daripada populasi hewan kecil, yang cenderung menginvestasi waktu yang lebih sedikit dan sumber daya dalam individu muda.
Populasi dan distribusi saat ini
Sejak diperkenalkan kecaman perburuan paus, peneliti gagal memastikan apakah populasi paus biru global meningkat atau sisanya stabil. Di Antartika, perkiraan terbaik menunjukkan peningkatan penting pada 7.3% per tahun sejak berakhirnya perburuan paus Soviet yang ilegal , namun jumlah sisa ada di bawah 1% dari tingkat asli mereka.[8] Hal ini juga telah diusulkan bahwa populasi Islandia dan California meningkat namun peningkatan tersebut tidak berarti secara statistik. Total populasi dunia diperkirakan antara 5.000 dan 12.000 pada tahun 2002, meskipun ada tingkat tinggi ketidakpastian dalam perkiraan persediaan dalam banyak area.[6] Sisa Pasu Biru dinyatakan sebagai "terancam" pada IUCN Red List untuk spesies terancam seperti sejak daftar awal. Konsentrasi terbesar yang diketahui, terdiri sekitar 2.000 individu, merupakan populasi Pasifik timur laut untuk subspesies paus biru utara (B. m. musculus) yang menjangkau dari Alaska hingga Costa Rica, namun paling umum sering terlihat dari California di musim panas. Kadang populasi ini tersesat hingga Pasifik barat laut; penampakan yang jarang terjadi di antara Semenanjung Kamchatka dan ujung utara Jepang telah terekam.
Di Atlantik Utara, dua kelompok B. m. musculus terdeteksi. Pertama ditemukan di pesisir Greenland, Newfoundland, Nova Scotia dan Teluk Saint Lawrence. Kelompok diperkirakan berjumlah sekitar 500 ekor. Kedua, kelompok tersebut lebih ke timur lagi bertempat dari Açores di musim semi hingga Islandia di bulan Juli dan Agustus; ini diperkirakan bahwa paus tersebut mengikuti Bukit Atlantik Tengah antara dua pulau vulkanik. Di luar Islandia, paus biru bertempat sama jauh di utara seperti Spitsbergen dan Jan Mayen meskipun penampakannya langka. Para ilmuan tidak tahu dimana paus tersebut menghabiskan musim dingin mereka. Populasi Atlantik utara seluruhnya dipekirakan antara 600 dan 1500.
Di Belahan Selatan, di sana tampak dua subspesies berbeda, B. m. intermedia, paus biru selatan dan paus biru kerdil yang sedikit diketahui, B. m. brevicauda, ditemukan di perairan Samudra Hindia. Limpahan saat ini diperkirakan untuk subspesies Antratika mencakup dari 1100[44] hingga 1700.[8] Riset terhadap jumlah paus biru kerdil sedang dilakukan. Diperkirakan dari survei 1996 bahwa 424 paus biru kerdil berada di area kecil yang tersendiri di selatan Madagaskar,[45] begitu ini mungkin bahwa jumlah keseluruhan di Samudra Hindia ada seribu ekor. Jika ini benar, jumlah global akan menjadi lebih banyak daripada perkiraan.[7]
Subspesies keempat, B. m. indica, diidentifikasi oleh Blyth tahun 1859 di Samudra Hindia bagian utara, namum mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi perbedaan menonjol untuk petunjuk subspesies ini hingga digunakan sinonim B. m. musculus. Sekarang diperkirakan hewan ini dapat menjadi subspesies yang sama dengan paus biru kerdil. Rekaman penangkapan Soviet tampak indikasi bahwa ukuran betina dewasa dekat dengan paus biru kerdil daripada B. m. musculus, meskipun populasi B. m. indica dan B. m. brevicauda menunjukkan terpisah dan musim perkembangbiakan berbeda dengan hampir enam bulan.
Pola migrasi subspesies tersebut tidak banyak diketahui. Sebagai contoh, paus biru kerdil telah terekam di Samudra Hindia bagian utara (Oman, Maladewa, Sri Langka) dimana mereka mungkin berasal dari populasi komunitas berbeda. Dalam penambahan, populasi paus biru yang berada dekat Chili dan Peru mungkin juga populasi berbeda. Beberapa paus biru antartika mendekati pantai Atlantik Selatan bagian timur di musim dingin, dan adakalanya vokalisasi mereka terdengar dekat Peru, Australia Barat, dan di utara Samudra Hindia. Di Chili, Cetacean Conservation Center, dengan dukungan dari Angkatan Laut Chili, melakukan riset ekstensif dan kerja konservasi pada a recently discovered feeding aggregation of the species off the pantai Pulau Chili di suatu wilayah bernama "Golfo del Corcovado" dimana secara nyata, kadang-kadang, dapat disaksikan dari dekat pantai 326 hewan yang menonjol pada musim panas 2007.
Usaha mengkalkulasi populasi paus biru secara lebih teliti didukung oleh ahli mamalia kelautan Universitas Duke yang memelihara OBIS-SEAMAP (Ocean Biogeographic Information System - Spatial Ecological Analysis of Megavertebrate Populations), suatu koalisi data pengamatan mamalia laut dari sekitar 130 sumber.[47]
[sunting] Ancaman selain perburuan
Paus biru mungkin terluka, kadang fatal, setelah bertabrakan dengan kapal laut seperti menjadi terperangkap atau terkena baling-baling kapal nelayan.[48] Setiap peningkatan jumlah kesibukan samudra mengaburkan vokalisasi yang dihasilkan paus, yang mungkin menjadi kesulitan bagi paus untuk berkomunikasi.[48] Ancaman manusia terhadap potensi pemulihan populasi paus biru juga mencakup akumulasi bahan kimia polychlorinated biphenyl (PCB) di dalam tubuh paus.
Dengan adanya pemanasan global, gletser dan permafrost mencair dengan cepat dan mengabaikan sejumlah besar air tawar yang mengalir ke laut, sebagai perhatian bahwa jika jumlah air tawar dalam samudra mencapai titik kritis, disana akan menjadi gangguan dalam sirkulasi termohaline. Pertimbangan pola migrasi paus biru berdasarkan pada temperatur samudra, gangguan dalam sirkulasi ini yang memindahkan air panas dan dingin di seluruh dunia yang akan mungkin memiliki akibat pada migrasi mereka.[49] Paus tersebut bermusim panas di wilayah sejuk, garis lintang tinggi, dimana mereka makan krill; mereka bermusim dingin di wilayah hangat, garis lintang rendah, dimana mereka berpasangan dan melahirkan.[50]
Perubahan temperatur samudra juga akan memengaruhi suplai makanan paus biru. Kecenderungan pemanasan dan berkurangnya tingkat kadar garam akan menyebabkan perubahan penting dalam lokasi dan jumlah krill.[51]
Kerangka paus biru yang dipajang di luar Laboratorium Long Marine, Universitas California, Santa Cruz.
Dalam kebudayaan populer
Natural History Museum yang berada di London berisi kerangka pajangan terkenal dan model ukuran asli paus biru, yang keduanya merupakan yang pertama dari macamnya di dunia, namun dimiliki sejak benda itu dijadikan replika di Universitas California, Santa Cruz. Dengan sama juga, American Museum of Natural History di kota New York memiliki model ukuran utuh di Gedung Keluarga Milstein tentang Kehidupan Samudra. Paus biru yang masih hidup mungkin ditemui penjelajah pengamat paus di Teluk Maine,[52] dan merupakan pertunjukkan utama sepanjang pantau utara Telauk Saint Lawrence dan di muara Saint Lawrence.[48] Paus biru telah dipertunjukan dalam kebudayaan populer anak-anak pada tahun 1967 dalam film Doctor Dolittle, dimana film ini menampilkan sebagai simbol ukuran dan kekuatan ketika hewan ini diminta untuk memindahkan sebuah pulau.
Anjing Laut Deteksi Mangsa Dengan Kumis
Anjing laut menggunakan kumis untuk mendeteksi jejak mangsa yang hilang dalam air. (Alamy)
Anjing laut menggunakan kumis untuk mendeteksi jejak yang ditinggalkan dalam air oleh mangsa mereka hingga setengah menit, menurut sebuah penelitian baru yang mengungkap bagaimana hewan laut ini dapat berburu ikan, bahkan dalam air keruh sekalipun.
Para pakar biologi menemukan bahwa anjing laut dapat mendeteksi ikan buruan dalam kekeruhan air yang ditinggalkan mangsanya. Perilaku ini mirip dengan anjing darat yang mengikuti bau untuk memburu mangsa mereka.
Kumis hewan ini begitu peka, sehingga dapat mendeteksi jejak pusaran yang ditinggalkan oleh seekor ikan hingga setengah menit. Dalam air keruh dan kotor, anjing laut hanya mengandalkan perasa ekstra untuk memburu mangsanya yang mencoba melarikan diri.
Hingga kini kumis anjing laut diketahui hanya berfungsi ketika secara fisik menyentuh sebuah obyek, namun setelah diteliti lebih jauh ternyata organ ini diketahui memainkan peran yang jauh lebih penting.
Para peneliti meyakini bahwa kumis anjing laut sama efektifnya seperti eccholocation pada lumba-lumba dan ikan paus yang berfungsi sebagai pendeteksi mangsa.
Dr. Wolf Hanke, Pakar zoologi pada Pusat Penelitian Laut di Universitas Rostock, Jerman, mengatakan bahwa anjing laut dapat mengikuti jejak ikan setelah lewat 35 detik pada jarak sekitar 230 kaki (70 m).
Dia mengatakan, "Kumis anjing laut memiliki fungsi serupa dengan echolocation paus dan lumba-lumba."
Meskipun pengujian hanya dilakukan secara umum, mereka yakin bahwa spesies lain seperti singa laut juga memfungsikan kumis mereka seperti ini.
Para ilmuwan mengkalim bahwa mereka juga memiliki temuan awal yang menunjukkan, anjing laut bahkan dapat mendeteksi informasi tentang ukuran dan kecepatan mangsa dalam jalur bawah laut.
Prof. Guido Dehnhardt, yang juga berbasis di Universitas Rostock dan bekerja pada riset ini mengatakan, anjing laut kemungkinan menggunakan kumis serta indera pendengaran mereka untuk melacak ikan, sebelum mengalihkan pandangan beberapa meter untuk melakukan pengejaran.
"Kini kami bukan saja mengetahui bahwa anjing laut dapat membaca informasi jejak dan arah, namun kami juga menemukan data yang menunjukkan bahwa mereka juga dapat membaca ukuran dan bentuk obyek," ujarnya.
"Hal itu menunjukkan bahwa kumis anjing laut sangat sensitif terhadap sentuhan aktif, sebagai sarana untuk mengeksplorasi obyek yang kontak fisik dengan kumisnya. Informasi hidrodinamik penginderaan merupakan sesuatu yang sama sekali berbeda dan perluasan spektrum informasi secara fisik hanya lewat respon kumis hewan ini." (Erabaru/telegraph/sua)
Anjing laut menggunakan kumis untuk mendeteksi jejak yang ditinggalkan dalam air oleh mangsa mereka hingga setengah menit, menurut sebuah penelitian baru yang mengungkap bagaimana hewan laut ini dapat berburu ikan, bahkan dalam air keruh sekalipun.
Para pakar biologi menemukan bahwa anjing laut dapat mendeteksi ikan buruan dalam kekeruhan air yang ditinggalkan mangsanya. Perilaku ini mirip dengan anjing darat yang mengikuti bau untuk memburu mangsa mereka.
Kumis hewan ini begitu peka, sehingga dapat mendeteksi jejak pusaran yang ditinggalkan oleh seekor ikan hingga setengah menit. Dalam air keruh dan kotor, anjing laut hanya mengandalkan perasa ekstra untuk memburu mangsanya yang mencoba melarikan diri.
Hingga kini kumis anjing laut diketahui hanya berfungsi ketika secara fisik menyentuh sebuah obyek, namun setelah diteliti lebih jauh ternyata organ ini diketahui memainkan peran yang jauh lebih penting.
Para peneliti meyakini bahwa kumis anjing laut sama efektifnya seperti eccholocation pada lumba-lumba dan ikan paus yang berfungsi sebagai pendeteksi mangsa.
Dr. Wolf Hanke, Pakar zoologi pada Pusat Penelitian Laut di Universitas Rostock, Jerman, mengatakan bahwa anjing laut dapat mengikuti jejak ikan setelah lewat 35 detik pada jarak sekitar 230 kaki (70 m).
Dia mengatakan, "Kumis anjing laut memiliki fungsi serupa dengan echolocation paus dan lumba-lumba."
Meskipun pengujian hanya dilakukan secara umum, mereka yakin bahwa spesies lain seperti singa laut juga memfungsikan kumis mereka seperti ini.
Para ilmuwan mengkalim bahwa mereka juga memiliki temuan awal yang menunjukkan, anjing laut bahkan dapat mendeteksi informasi tentang ukuran dan kecepatan mangsa dalam jalur bawah laut.
Prof. Guido Dehnhardt, yang juga berbasis di Universitas Rostock dan bekerja pada riset ini mengatakan, anjing laut kemungkinan menggunakan kumis serta indera pendengaran mereka untuk melacak ikan, sebelum mengalihkan pandangan beberapa meter untuk melakukan pengejaran.
"Kini kami bukan saja mengetahui bahwa anjing laut dapat membaca informasi jejak dan arah, namun kami juga menemukan data yang menunjukkan bahwa mereka juga dapat membaca ukuran dan bentuk obyek," ujarnya.
"Hal itu menunjukkan bahwa kumis anjing laut sangat sensitif terhadap sentuhan aktif, sebagai sarana untuk mengeksplorasi obyek yang kontak fisik dengan kumisnya. Informasi hidrodinamik penginderaan merupakan sesuatu yang sama sekali berbeda dan perluasan spektrum informasi secara fisik hanya lewat respon kumis hewan ini." (Erabaru/telegraph/sua)
Selasa, 05 April 2011
filum Annelida
A. Pengertian dan Sistem Fisiologis Phylum Annelida
Annelida yang sering disebut Annulata adalah cacing gelang dengan tubuh yang terdiri atas segmen-segmen dengan berbagai sistem organ tubuh yang baik dengan sistem peredaran darah tertutup. Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya.Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa.Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi oto . Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal).
Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus.Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup.Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali.Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior. Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor.Nefridia ( tunggal – nefridium ) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari saluran.Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.Nefrotor merupakan pori permukaan tubuh tempat kotoran keluar.Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya.
Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet. Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi.Organ seksual annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris).
B. Ciri-ciri tubuh dan habitat phylum Annelida
Cacing yang termasuk phylum Annelida berbeda dengan cacing lainnya, karena dilihat dari Ciri-ciri tubuh phylum Annelida adalah sebagai berikut:
1. Tubuhnya terbagi ke dalam satu deretan memanjang ruas-ruas serupa yang juga disebut metamer (metemere) atau somit (solimetes), yang kelihatan daru luar karena adanya sekat yang dinamakan septa atau sekat.
2. Rongga tubuh antara saluran pencernaan dan dinding tubuh merupakan rongga tubuh yang sebenarnya. Dilapisi oleh epidermis yang biasanya disebut peritoneum.
3. Pada bagian anterior terdapat ruas prae oral, yang disebut prostomium.
4. Sistem saraf terdiri atas sepasang syaraf sehingga disebut system saraf tangga tali.
5. Tubuh dilapisi oleh lapisan kutikula, tetapi bahannya bukan dari chitine. Permukaan tubuh ada yang dilengkapi dengan bulu-bulu kitin atau bulu kaku.
6. Pada rongga tubuh terdapat sekat chitine yang disebut septum.
7. Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia. Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat lembap. Annelida hidup diberbagai tempat dengan membuat liang sendiri.
C. Klasifikasi Phylum Annellida beserta Contoh Spesiesnya
Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Kelas Chaetopoda, Kelas Archiannelida dan Kelas Hirudinea.
1. Kelas Chaetopoda (cacing berambut banyak)
Kelas Chaetopoda, merupakan cacing annelid yang hidup dilaut, air tawar dan di darat, dengan ruas-ruas tubuh yang kelihatan nyata, mempunyai skat-sekta antara, bulu kaku dan sebuah rongga tubuh.
a. Ordo Polycheta
Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku) merupakan annelida berambut banyak.Tubuh Polychaeta dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus.
Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya.Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas. Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin.
Contoh spesies Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte indica) yang berwarna cerah. Kebanyakan Polychaeta hidup di laut serta memiliki parapodia dan setae. Sedangkan yang bergerak bebas contoh spesiesnya adalah Nereis virens (cacing pasir), Marphysa sanguinea, Eunice viridis(cacing palolo), dan Lysidice oele(cacing wawo).
KLasifikasi
Kigdom : Animalia
Phylum : Chaetopoda
Ordo : Polycheta
Familia : Nereidae
Genus : Nereis
Spesies : Nereis vireis
(Romimohtarto, 2007:163)
Cacing ini terkenal sebagai cacing pendiam. Sistem digesti dimulai dari faring ke esophagus, dan terus ke usus (ventrikulo-intestinum). Ke dalam esophagus itu bermuara dua kantong kelenjar usus berkonstriksi secara teratur.
Sistem respirasi dan sirkulasi berlangsung melalui kulit, terutama di parapodia. Darahnya mengandung pigmen merah (hemoglobin), mengalir dalam pembuluh-pembuluh kontraktil yang disebut pembuluh-pembuluh longitudinal dorsal. Darah dalam pembuluh-pembuluh ini mengalir ke anterior, sedangkan darah dalam pembuluh-pembuluh longitudinal ventral mengalir ke posterior.
Sistem ekskresi dalam tiap segmen, kecuali yang terakhirvdan yang pertama, terdapat sepasang nefridium untuk membersihkan segmen disebelah anterior dari segmen tempat nefridium terdapat.
Sistem saraf terdapat ganglion serebral atau ganglion suprasofageas, dapat juga disebut otak yang terletak di sebelah dorsal kepala. Ganglion suprasofegeal itu dihubugnkan dengan ganglion subesofageal oleh 2 buah saraf sirkumesofageal. Dari ganglion subesofageal itu mengalir ke belakang saraf ventral. Dalam tiap metamer (segmen), batang saraf ventral itu membuat tonjolan sebagai segmen ganglion. Batang saraf ventral bercabang-cabang lateral.
Sistem reproduksi, dimana Nereis ini bersifat diesius. Testis atau ovarium terbentuk pada dinding selom, dan tersusun segmental (beberapa atau banyak segmen). Gamet tua keluar dengan paksa melalui dinding tubuh. Luka pada dinding akibat keluarnya gamet itu segera tertutup kembali. Fertilisasi terjadi di dalam air dan zigot tumbuh menjadi trokofor.
b. Ordo Oligochaeta
Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan annelida berambut sedikit. Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen.
Contoh spesies dair Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah.Jenis cacing tanah antara lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima), cacing merah (Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani). Cacing tanah, yang cenderung memiliki sedikit setae yang bergerombol secara langsung dari tubuhnya. Cacing tanah memiliki kepala atau parapodia yang kurang berkembang. Pergerakannya dengan gerak terkoordinasi dari otot-otot tubuh dibantu dengan setae. Cacing tanah tinggal dalam tanah lembab, karena badan yang lemnan digunakan untuk pertukaran udara. Cacing tanah mempunyai bentuk tubuh memanjang, gilig, dengan segementasi Nampak jelas dari luar sebagai lipatan-lipatan kutikula. Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah.Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah.Manfaat lain dari cacing ini adalah digunakan untuk bahan kosmetik, obat, dan campuran makan berprotein tinggi bagi hewan ternak.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Annelida
Classis : Chaetopoda
Ordo : Oligochaeta
Familia : Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Species : Lumbricus terrestris
(Jasin, 1984: 123)
Sistem pencernaan berupa sebuah tabung lurus mulai dari mulut lalu faring yang kuat dan membengkak (segmen 2-6), esophagus (segemen 6-14), ingluvies (tembolok) yang berdinding tipis (segmen 14-17), lambung tebal (segmen 17-18), kemudian usus halus (segmen 19 sampai segemen terakhir) dan anus.
Sistem respirasi dan sirkulasi, dimana cacing tanah bernapas malaui kutikula yang menutupi seluruh tubuhnya. Pernapasan berlangsung hanya jika kutikula itu basah. Pembuluh-pwmbuluh kapiler dalam tubuh mengambil oksigen dan melepaskan CO2 . Sistem pembuluh darah terdiri dari 2 pembuluh longitudinal utama dan 3 pembuluh longitudinal lainnya yang lebih kecil. Darah mengalir ke depan dlaam pembuluh darah dorsal melalui pasang jantung yang berotot, masing-masing dalam segmen ke7-11, terus ke pembuluh darah ventral setelah itu darah mengalir ke dinding tubuh, lalu kembali lagi ke pembuluh dorsal melalui 3 pembuluh longotidinal yang kecil-kecil itu. Darah cacing tanah berwarna merah. Darah terdiri dari cairan plasma yang mengandung amoebosit, yaitu butiran-butiran yang tidak berwarna.
Sistem pembuangan (ekskresi) berupa tabung nephridia bergelung di setiap segmen dengan dua lubang; satu corong bersilia yang mengumpulkan cairan coelom, dan satu lainnya adalah lubang keluar tubuh. Antar dua lubang itu, tabung nephridia membuang zat sampah dari saluran peredaran darah.
Sistem saraf berupa sebuah rantai ganglion ventral, tipa segmen dengan rantai, mulai dari segmen ke-4. Di samping itu ada ganglion suprafangeal anterior yang juga disebut “otak” yang terletak dalam segmen ke-3. Korda saraf disekitar faring menghubungkan otak dengan ganglion venreal pertama.
Sistem reproduksi cacing tanah bersifat hermaprodit, tetapi tidak terjadi fertilisasi oleh dirinya sendirir (self-fertilizing). Di sini ada 2 pasang testis, masing-masing terletak dalam segemn yang dibungkus oleh vesikula seminalis yang berjumlah 3 pasang. Kopulasi berlangsung di malam hari. Selama kopulasi reseptakulum (kira-kira 3 jam), spermatozoa dari ekor cacing dipindahkan ke dalam reseptakulum seminalis cacing lain. Bias any terjadi fertilisasi silang. Setelah kopulasi, dua ekor cacing berpisah. Kokom kemudian terbentuk pada masing-masing cacing kira-kira pada klitelium. Setelh kokon menerima telur dari spermatozoa, kemudian cacing menarik kembali kokon belakang dan lubang kokon tertutup. Kokon itu kemudian membungkus zigot-zigot yang terbentuk, dan masing-masing zigot tumbuh menjadi cacing kecil dalam kokon. Kokon yang berisi cacing-cacing kecil itu diletakkan dakan tanah yang lembab.
2. Kelas Archiannelida
Kelas Archiannelida merupakan Annelida laut yang kecil tidak mempunyai setae, tidak mempunyai parapoda. Ruas-ruas tubuhnya tak dapat dibedakan dari luar. Prostomiumnya mempunyai sepasang tentakel. Lubang mulutnya terletak dibagian bawah dari ruas pertama dan lubang anusnya di ruas terakhir. Sepasang celah berbulu getar masing-masing di sisi prostomium. Rongga tubuh terbagi-bagi menjadi ruang-ruang oleh sekat-sekat. Alat-alat dalam diulang-ulang keberadaannya sehingga hamper setiap tuas memiliki rongga tubuh, otot longitudinal, sepasang nefridia, sepasang gonad, satu bagian dari saluran pencernaan dan bagian dari benang saraf ventral.
Anggota-anggota kelas ini hidup di laut, struktur tubuh masih sederhana. Bersifat diesius atau hermafrodit. Contoh spesiesnya adalah Polygordius sp. Dimana hewan ini hidup disepanjang pantai, bentuknya menyerupai larva poliketa yang primitive atau sebagai poliketa yang telah mengalami degenerasi. Bentuknya seperti benang dngan panajng 100 mm, dan penampang dengan radius kira-kira 1 mm, dari luar somit (segmen) tidak nampak jelas. Prostomium dengan 2 buah tentakel perasa. Alat-alat tubuh dalam seperti pada polikata umumnya, tetapi lebih sederhana. Selom dibagi ke dalam kompartemen-kompartemen, tiap kompartemen dilengkapi dengan sepansang nefridia. Sistem saraf terletak dalam epidermis. Perkembangan-biakan Polygordius mencakup Larva berbentuk trokofor, somit-somit terbentuk di bagian posterior selama proses metemorfosis. Dewasanya tubuh melalui perpanjangan ujung anus. Perpanjangn menjadi beruas-ruas dan dengan pertumbuhan yang berkelanjutan akhirnya menjadi hewan dewasa.
3. Kelas Hirudinea
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. Hewan ini tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya. Panjang Hirudinea bervariasi dari 1 – 30 cm.Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing. Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak. Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya.Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia.Hirudinea parasit hidup denga mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput.
Contoh spesies Hirudinea parasit adalah Hirudo medicinalis (lintah). Linta mencapai panjang 5-8 cm, pipih dorsoventral, dengan 26 metamer, tetpai dari luar nampak tiap metamer itu mempunyai 2-5 anulasi (cincin yang melingkari tubuh). Pada linta tidak ada setae dan parapodia. Pada sebelah anterior terdapat sebuah penghisap oral, dan pada sebelah posterior ada lagi sebuah kedua penghisap itu untuk menempel pada inang waktu mneghisap darah. Mulut mempunyai 3 buah ranah dari kitin yang tersusun dalam segitiga. Tiap rahang tertutup dengan sersi (gigi-gigi kecil seperti pada gergaji). Segemen 9-11 berfungsi sebagai klitelium. Pada Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan. Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin. Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin.
Klasifiksi:
Kingdom : Animalia
Phylum : Annelida
Classis : Hirudinea
Ordo : Holoturoidea
Familia : Hirudoaceae
Genus : Hirudo
Species : Hirudo medicinalis
(Jasin, 1984: 131)
Sistem pencernaan linta dimulai dari mulut terus ke faring yang berotot (segmen 4-8) dan dikelilingi dengan kelenjar ludah. Kelenjar ini menghasilkan secret yang mengandung bahan anti-koagulasi (mencegah mengentalnya darah). Dari faring terus ke tembolok yang dilengkapi dengan 11 pasang kantung lateral memanjang sampai segmen ke-18. Kantung-kantung yang memanjang itu kemudian bersatu lagi menjadi lambung yang di sebelah dalamnya terdapat lipatan-lipatan spiral internal yang berguna untuk mencerna darah yang mengalir dari tembolok secara berangsur-angsur. Dari lambung saluran digesti melanjut ke usus, rectum, dan berakhir sebagai anus disebelah posterior.
Sistem respirasi dan sirkulasi berlangsung melalui permukaan kulit. Darah yang mengandung hemoglobin mengalir dalam pembuluh-pembuluh longitudinal yang berotot di sebelah lateral tubuh. Di sebelah dorsal dari ventral tuubh juga ada sinus-sinus berdinding tipis yang secara tidak langsung menghubungkan pembuluh-pembuluh longitudinal berotot itu dengan ronga-rongga dalam selom.
Sistem ekskresi dimana setiap segmen dari segemen ke 7-23 berisi nefridia yang berpasangan. Masing-masing nefridia mempunyai ekspnasi berupa vesikula yang berbentuk gelembung dan merupakan muara saluran ekskresi.
Sistem saraf pada lintah sama seperti pada cacing tanah, tetapi pada linta ganglion-ganglion ventralnya lebih jelas, sedangkan ganglion serebral lebih kecil. Linta bermata 10 buah (5 pasang) dan terdapat pada 5 segmen pertama. Pada segmen-segmen selanjutnya terdapat organ-organ sensoris.
Sistem reproduksi dan perkembangbiakan lintah itu hermaprodit dengan beberapa pasang tetstis dan satu pasang ovarium. Untuk reproduksi diperlukan fertilisasi silang. Massa sel sperma (spermatofor) yang telah mengental (aglutinasi) dimasukan ke dalam vagina lintah partenernya melalui penis. Fertilisasi berlangsung secara internal dan pekembangan tejraid dalam kokon serti cacing tanah. Tiap telur yang dibuahi menjadi zigot dan tumbuh menjadi linta-linta kecil dalam kokon.
D. Peranan dari phylum Annelida
a. Cacing tanah dapat menyuburkan tanah, karena membantumenghancurkan tanah dan membantu aerasi tanah.
b. Cacing palolo dan cacing wawo dimanfaatkan msayarakat di daerah tertentu dijadikan sebagai makanan
c. Lintah menghasilkan zat hirudin atau zat antikoagulan atau zat anti pembekuan darah.
Annelida yang sering disebut Annulata adalah cacing gelang dengan tubuh yang terdiri atas segmen-segmen dengan berbagai sistem organ tubuh yang baik dengan sistem peredaran darah tertutup. Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya.Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa.Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi oto . Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal).
Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus.Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup.Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali.Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior. Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor.Nefridia ( tunggal – nefridium ) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari saluran.Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.Nefrotor merupakan pori permukaan tubuh tempat kotoran keluar.Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya.
Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet. Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi.Organ seksual annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris).
B. Ciri-ciri tubuh dan habitat phylum Annelida
Cacing yang termasuk phylum Annelida berbeda dengan cacing lainnya, karena dilihat dari Ciri-ciri tubuh phylum Annelida adalah sebagai berikut:
1. Tubuhnya terbagi ke dalam satu deretan memanjang ruas-ruas serupa yang juga disebut metamer (metemere) atau somit (solimetes), yang kelihatan daru luar karena adanya sekat yang dinamakan septa atau sekat.
2. Rongga tubuh antara saluran pencernaan dan dinding tubuh merupakan rongga tubuh yang sebenarnya. Dilapisi oleh epidermis yang biasanya disebut peritoneum.
3. Pada bagian anterior terdapat ruas prae oral, yang disebut prostomium.
4. Sistem saraf terdiri atas sepasang syaraf sehingga disebut system saraf tangga tali.
5. Tubuh dilapisi oleh lapisan kutikula, tetapi bahannya bukan dari chitine. Permukaan tubuh ada yang dilengkapi dengan bulu-bulu kitin atau bulu kaku.
6. Pada rongga tubuh terdapat sekat chitine yang disebut septum.
7. Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia. Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat lembap. Annelida hidup diberbagai tempat dengan membuat liang sendiri.
C. Klasifikasi Phylum Annellida beserta Contoh Spesiesnya
Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Kelas Chaetopoda, Kelas Archiannelida dan Kelas Hirudinea.
1. Kelas Chaetopoda (cacing berambut banyak)
Kelas Chaetopoda, merupakan cacing annelid yang hidup dilaut, air tawar dan di darat, dengan ruas-ruas tubuh yang kelihatan nyata, mempunyai skat-sekta antara, bulu kaku dan sebuah rongga tubuh.
a. Ordo Polycheta
Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku) merupakan annelida berambut banyak.Tubuh Polychaeta dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus.
Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya.Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas. Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin.
Contoh spesies Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte indica) yang berwarna cerah. Kebanyakan Polychaeta hidup di laut serta memiliki parapodia dan setae. Sedangkan yang bergerak bebas contoh spesiesnya adalah Nereis virens (cacing pasir), Marphysa sanguinea, Eunice viridis(cacing palolo), dan Lysidice oele(cacing wawo).
KLasifikasi
Kigdom : Animalia
Phylum : Chaetopoda
Ordo : Polycheta
Familia : Nereidae
Genus : Nereis
Spesies : Nereis vireis
(Romimohtarto, 2007:163)
Cacing ini terkenal sebagai cacing pendiam. Sistem digesti dimulai dari faring ke esophagus, dan terus ke usus (ventrikulo-intestinum). Ke dalam esophagus itu bermuara dua kantong kelenjar usus berkonstriksi secara teratur.
Sistem respirasi dan sirkulasi berlangsung melalui kulit, terutama di parapodia. Darahnya mengandung pigmen merah (hemoglobin), mengalir dalam pembuluh-pembuluh kontraktil yang disebut pembuluh-pembuluh longitudinal dorsal. Darah dalam pembuluh-pembuluh ini mengalir ke anterior, sedangkan darah dalam pembuluh-pembuluh longitudinal ventral mengalir ke posterior.
Sistem ekskresi dalam tiap segmen, kecuali yang terakhirvdan yang pertama, terdapat sepasang nefridium untuk membersihkan segmen disebelah anterior dari segmen tempat nefridium terdapat.
Sistem saraf terdapat ganglion serebral atau ganglion suprasofageas, dapat juga disebut otak yang terletak di sebelah dorsal kepala. Ganglion suprasofegeal itu dihubugnkan dengan ganglion subesofageal oleh 2 buah saraf sirkumesofageal. Dari ganglion subesofageal itu mengalir ke belakang saraf ventral. Dalam tiap metamer (segmen), batang saraf ventral itu membuat tonjolan sebagai segmen ganglion. Batang saraf ventral bercabang-cabang lateral.
Sistem reproduksi, dimana Nereis ini bersifat diesius. Testis atau ovarium terbentuk pada dinding selom, dan tersusun segmental (beberapa atau banyak segmen). Gamet tua keluar dengan paksa melalui dinding tubuh. Luka pada dinding akibat keluarnya gamet itu segera tertutup kembali. Fertilisasi terjadi di dalam air dan zigot tumbuh menjadi trokofor.
b. Ordo Oligochaeta
Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan annelida berambut sedikit. Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen.
Contoh spesies dair Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah.Jenis cacing tanah antara lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima), cacing merah (Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani). Cacing tanah, yang cenderung memiliki sedikit setae yang bergerombol secara langsung dari tubuhnya. Cacing tanah memiliki kepala atau parapodia yang kurang berkembang. Pergerakannya dengan gerak terkoordinasi dari otot-otot tubuh dibantu dengan setae. Cacing tanah tinggal dalam tanah lembab, karena badan yang lemnan digunakan untuk pertukaran udara. Cacing tanah mempunyai bentuk tubuh memanjang, gilig, dengan segementasi Nampak jelas dari luar sebagai lipatan-lipatan kutikula. Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah.Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah.Manfaat lain dari cacing ini adalah digunakan untuk bahan kosmetik, obat, dan campuran makan berprotein tinggi bagi hewan ternak.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Annelida
Classis : Chaetopoda
Ordo : Oligochaeta
Familia : Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Species : Lumbricus terrestris
(Jasin, 1984: 123)
Sistem pencernaan berupa sebuah tabung lurus mulai dari mulut lalu faring yang kuat dan membengkak (segmen 2-6), esophagus (segemen 6-14), ingluvies (tembolok) yang berdinding tipis (segmen 14-17), lambung tebal (segmen 17-18), kemudian usus halus (segmen 19 sampai segemen terakhir) dan anus.
Sistem respirasi dan sirkulasi, dimana cacing tanah bernapas malaui kutikula yang menutupi seluruh tubuhnya. Pernapasan berlangsung hanya jika kutikula itu basah. Pembuluh-pwmbuluh kapiler dalam tubuh mengambil oksigen dan melepaskan CO2 . Sistem pembuluh darah terdiri dari 2 pembuluh longitudinal utama dan 3 pembuluh longitudinal lainnya yang lebih kecil. Darah mengalir ke depan dlaam pembuluh darah dorsal melalui pasang jantung yang berotot, masing-masing dalam segmen ke7-11, terus ke pembuluh darah ventral setelah itu darah mengalir ke dinding tubuh, lalu kembali lagi ke pembuluh dorsal melalui 3 pembuluh longotidinal yang kecil-kecil itu. Darah cacing tanah berwarna merah. Darah terdiri dari cairan plasma yang mengandung amoebosit, yaitu butiran-butiran yang tidak berwarna.
Sistem pembuangan (ekskresi) berupa tabung nephridia bergelung di setiap segmen dengan dua lubang; satu corong bersilia yang mengumpulkan cairan coelom, dan satu lainnya adalah lubang keluar tubuh. Antar dua lubang itu, tabung nephridia membuang zat sampah dari saluran peredaran darah.
Sistem saraf berupa sebuah rantai ganglion ventral, tipa segmen dengan rantai, mulai dari segmen ke-4. Di samping itu ada ganglion suprafangeal anterior yang juga disebut “otak” yang terletak dalam segmen ke-3. Korda saraf disekitar faring menghubungkan otak dengan ganglion venreal pertama.
Sistem reproduksi cacing tanah bersifat hermaprodit, tetapi tidak terjadi fertilisasi oleh dirinya sendirir (self-fertilizing). Di sini ada 2 pasang testis, masing-masing terletak dalam segemn yang dibungkus oleh vesikula seminalis yang berjumlah 3 pasang. Kopulasi berlangsung di malam hari. Selama kopulasi reseptakulum (kira-kira 3 jam), spermatozoa dari ekor cacing dipindahkan ke dalam reseptakulum seminalis cacing lain. Bias any terjadi fertilisasi silang. Setelah kopulasi, dua ekor cacing berpisah. Kokom kemudian terbentuk pada masing-masing cacing kira-kira pada klitelium. Setelh kokon menerima telur dari spermatozoa, kemudian cacing menarik kembali kokon belakang dan lubang kokon tertutup. Kokon itu kemudian membungkus zigot-zigot yang terbentuk, dan masing-masing zigot tumbuh menjadi cacing kecil dalam kokon. Kokon yang berisi cacing-cacing kecil itu diletakkan dakan tanah yang lembab.
2. Kelas Archiannelida
Kelas Archiannelida merupakan Annelida laut yang kecil tidak mempunyai setae, tidak mempunyai parapoda. Ruas-ruas tubuhnya tak dapat dibedakan dari luar. Prostomiumnya mempunyai sepasang tentakel. Lubang mulutnya terletak dibagian bawah dari ruas pertama dan lubang anusnya di ruas terakhir. Sepasang celah berbulu getar masing-masing di sisi prostomium. Rongga tubuh terbagi-bagi menjadi ruang-ruang oleh sekat-sekat. Alat-alat dalam diulang-ulang keberadaannya sehingga hamper setiap tuas memiliki rongga tubuh, otot longitudinal, sepasang nefridia, sepasang gonad, satu bagian dari saluran pencernaan dan bagian dari benang saraf ventral.
Anggota-anggota kelas ini hidup di laut, struktur tubuh masih sederhana. Bersifat diesius atau hermafrodit. Contoh spesiesnya adalah Polygordius sp. Dimana hewan ini hidup disepanjang pantai, bentuknya menyerupai larva poliketa yang primitive atau sebagai poliketa yang telah mengalami degenerasi. Bentuknya seperti benang dngan panajng 100 mm, dan penampang dengan radius kira-kira 1 mm, dari luar somit (segmen) tidak nampak jelas. Prostomium dengan 2 buah tentakel perasa. Alat-alat tubuh dalam seperti pada polikata umumnya, tetapi lebih sederhana. Selom dibagi ke dalam kompartemen-kompartemen, tiap kompartemen dilengkapi dengan sepansang nefridia. Sistem saraf terletak dalam epidermis. Perkembangan-biakan Polygordius mencakup Larva berbentuk trokofor, somit-somit terbentuk di bagian posterior selama proses metemorfosis. Dewasanya tubuh melalui perpanjangan ujung anus. Perpanjangn menjadi beruas-ruas dan dengan pertumbuhan yang berkelanjutan akhirnya menjadi hewan dewasa.
3. Kelas Hirudinea
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. Hewan ini tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya. Panjang Hirudinea bervariasi dari 1 – 30 cm.Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing. Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak. Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya.Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia.Hirudinea parasit hidup denga mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput.
Contoh spesies Hirudinea parasit adalah Hirudo medicinalis (lintah). Linta mencapai panjang 5-8 cm, pipih dorsoventral, dengan 26 metamer, tetpai dari luar nampak tiap metamer itu mempunyai 2-5 anulasi (cincin yang melingkari tubuh). Pada linta tidak ada setae dan parapodia. Pada sebelah anterior terdapat sebuah penghisap oral, dan pada sebelah posterior ada lagi sebuah kedua penghisap itu untuk menempel pada inang waktu mneghisap darah. Mulut mempunyai 3 buah ranah dari kitin yang tersusun dalam segitiga. Tiap rahang tertutup dengan sersi (gigi-gigi kecil seperti pada gergaji). Segemen 9-11 berfungsi sebagai klitelium. Pada Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan. Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin. Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin.
Klasifiksi:
Kingdom : Animalia
Phylum : Annelida
Classis : Hirudinea
Ordo : Holoturoidea
Familia : Hirudoaceae
Genus : Hirudo
Species : Hirudo medicinalis
(Jasin, 1984: 131)
Sistem pencernaan linta dimulai dari mulut terus ke faring yang berotot (segmen 4-8) dan dikelilingi dengan kelenjar ludah. Kelenjar ini menghasilkan secret yang mengandung bahan anti-koagulasi (mencegah mengentalnya darah). Dari faring terus ke tembolok yang dilengkapi dengan 11 pasang kantung lateral memanjang sampai segmen ke-18. Kantung-kantung yang memanjang itu kemudian bersatu lagi menjadi lambung yang di sebelah dalamnya terdapat lipatan-lipatan spiral internal yang berguna untuk mencerna darah yang mengalir dari tembolok secara berangsur-angsur. Dari lambung saluran digesti melanjut ke usus, rectum, dan berakhir sebagai anus disebelah posterior.
Sistem respirasi dan sirkulasi berlangsung melalui permukaan kulit. Darah yang mengandung hemoglobin mengalir dalam pembuluh-pembuluh longitudinal yang berotot di sebelah lateral tubuh. Di sebelah dorsal dari ventral tuubh juga ada sinus-sinus berdinding tipis yang secara tidak langsung menghubungkan pembuluh-pembuluh longitudinal berotot itu dengan ronga-rongga dalam selom.
Sistem ekskresi dimana setiap segmen dari segemen ke 7-23 berisi nefridia yang berpasangan. Masing-masing nefridia mempunyai ekspnasi berupa vesikula yang berbentuk gelembung dan merupakan muara saluran ekskresi.
Sistem saraf pada lintah sama seperti pada cacing tanah, tetapi pada linta ganglion-ganglion ventralnya lebih jelas, sedangkan ganglion serebral lebih kecil. Linta bermata 10 buah (5 pasang) dan terdapat pada 5 segmen pertama. Pada segmen-segmen selanjutnya terdapat organ-organ sensoris.
Sistem reproduksi dan perkembangbiakan lintah itu hermaprodit dengan beberapa pasang tetstis dan satu pasang ovarium. Untuk reproduksi diperlukan fertilisasi silang. Massa sel sperma (spermatofor) yang telah mengental (aglutinasi) dimasukan ke dalam vagina lintah partenernya melalui penis. Fertilisasi berlangsung secara internal dan pekembangan tejraid dalam kokon serti cacing tanah. Tiap telur yang dibuahi menjadi zigot dan tumbuh menjadi linta-linta kecil dalam kokon.
D. Peranan dari phylum Annelida
a. Cacing tanah dapat menyuburkan tanah, karena membantumenghancurkan tanah dan membantu aerasi tanah.
b. Cacing palolo dan cacing wawo dimanfaatkan msayarakat di daerah tertentu dijadikan sebagai makanan
c. Lintah menghasilkan zat hirudin atau zat antikoagulan atau zat anti pembekuan darah.
Langganan:
Postingan (Atom)