Social Icons

Pages

Kamis, 05 Mei 2011

HASIL PERAMETER KIMIA PERAIRAN DI ANJUNGAN PANTAI LOSARI

HASIL PERAMETER KIMIA PERAIRAN
DI ANJUNGAN PANTAI LOSARI
Gambar dari atas Pantai Losari Makassar



PENENTUAN SALINITAS


NAMA : NIRWAN
NIM : L111 09 277
KELOMPOK : II (DUA)








LABORATORIUM OSEANOGRAFI KIMIA
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011



I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laut merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan sebagai hajat hidup orang banyak, begitu pula dengan segala sesuatu yang berada didalamnya. Oseanografi secara sederhana dapat didefenisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang laut, juga mempelajari tentang hubungan sifat-sifat kimia yang terjadi di lautan dan yang terjadi antara atmosfer dan daratan. Termasuk proses terjadinya dan adanya salinitas.
Salinitas adalah kadar garam terlarut dalam air. Satuan salinitas adalah per mil (‰), yaitu jumlah berat total (gr) material padat seperti NaCl yang terkandung dalam 1000 gram air laut. Salinitas merupakan bagian dari sifat fisik-kimia suatu perairan selain PH, suhu, substrat dan lain-lain. Salinitas dipengaruhi oleh pasang surut, curah hujan, penguapan, presipitasi, dan topografi suatu perairan. Akibatnya, salinitas suatu perairan dapat sama atau berbeda dengan perairan lainnya, misalnya pada perairan tawar, laut dan payau. Kisaran salinitas air laut yaitu antara 30-35 ‰, estuary 5-35 ‰ dan air tawar 0,5-5 ‰ (Nybakken, 1992).
Salinitas suatu kawasan menentukan dominasi makhluk hidup pada daerah tersebut. Suatu kawasan dengan salinitas tertentu didominasi oleh suatu spesies tertentu terkait dengan tingkat toleransi spesies tersebut terhadap salinitas yang ada. Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup tingkat tinggi yang terpengaruh oleh salinitas. Spesies tumbuhan yang toleran terhadap salinitas tinggi (> 5‰) yaitu tumbuhan mangrove dengan spesies avecenia sp. Sedangkan untuk tanaman yang beradaptasi pada salinitas 0,5-5 ‰ antara lain Pluchea indica dan Chatarantus sp. (Nybakken, 1992)

B. Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu:
1. Mengetahui cara menentukan salinitas suatu perairan
2. Mengetahui kadar salinitas pada air laut
Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat menentukan kadar salinitas pada tiap stasiun pengambilan sampel dan agar mahasiswa dapat mengetahui cara perhitungan dalam menentukan kadar garam suatu perairan.













II. TINJAUAN PUSTAKA
Salinitas adalah kadar garam terlarut dalam air. Satuan salinitas adalah per mil (‰), yaitu jumlah berat total (gr) material padat seperti NaCl yang terkandung dalam 1000 gram air laut (Odum, 1971).
Menurut Kinne (1964) bahwa salinitas menentukan sifat structural dan fungsional organisme melalui perubahan dalam :
a. Konsentrasi osmosis total
b. Perbandingan relative yang terlarut
c. Koefesien absorbsi
d. Saturasi gas yang terlarut
Salinitas suatu perairan dipengaruhi oleh adanya aliran air laut, curah hujan, evaporasi dan pasang surut (Anggoro, 1984). Salinitas adalah jumlah garam yang dinyatakan dalam gram yang diperoleh dari beberapa kali penguapan, 1000 gram air sehingga diperoleh berat air yang konstan (Shuter, 1949). Pada salinitas yang rendah laju metabolisme akan menurun sehingga pada salinitas tertentu akan menyebabkan metabolisme berhenti. Menurut Raymont (1963) menyatakan tinggi rendahnya salinitas akan mempengaruhi tekanan osmosis dimana nantinya akan mempengaruhi metabolisme sel. Besar kecilnya salinitas yang terjadi sangat menentukan sifat organisme akuatik yang ada terutama plankton yang mempunyai sifat peka terhadap perubahan (Odum, 1971).
Salinitas merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat membatasi kehidupan organisme dan dapat mengontrol pertumbuhan, reproduksi dan distribusi organisme (Odum, 1971). Pasang surut sebagai salah satu kekuatan angin yang dapat mempengaruhi salinitas, maka tempat yang pasang surutnya besar, pasang naik akan mendorong air laut lebih dulu ke hulu estuaria sebagai akibatnya pada daerah yang salinitasnya berubah-ubah sesuai dengan keadaan pasang surutnya (Nybakken, 1992).
Zat-zat terlarut yang membentuk garam, yang kadarnya diukur dengan istilah salinitas dapat dibagi menjadi empat kelompok, yakni :
a. Konstituen utama : Cl, Na, SO4, dan Mg
b. Gas terlarut : CO2, N2, dan O2
c. Unsur hara : Si, N, dan P
d. Unsur runut : I, Fe, Mn, Pb dan Hg
Tabel perbedaan kandungan garam dan ion utama antara air laut dan air sungai
NAMA UNSUR AIR LAUT AIR SUNGAI
Klorida (Cl-)
Natrium (Na+)
Sulfat (SO4--)
Magnesium (Mg++)
Kalsium (Ca++)
Kalium (K+)
Bikarbonat (HCO3-)
Karbonat (CO3--)
Brom (Br -)
Asam borak (H3BO3)
Strontium (Sr++)
Flour (F)
Silika (SiO2)
Oksida (Fe2O3 dan Al2O3)
Nitrat (NO3-)
55,04
30,61
7,68
3,69
1,16
1,10
0,41
-
0,19
0,07
0,04
0,00
-
-
- 5,68
5,79
12,14
3,41
29,39
2,12
-
35,15
-
-
-
-
11,67
2,75
0,90
(Romimohtarto & Juwana, 2001)
Faktor fisika kimia lingkungan termasuk salinitas mempengaruhi keberadaan mikroorganisme di mana suatu mikroorganisme memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya dalam melangsungkan aktivitas kehidupan meliputi pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi (Anonim,2011).

III. METODE ANALISIS
A. Waktu dan Tempat
Praktikum penentuan salinitas dilakukan pada hari kamis, tanggal 3 Maret 2011, pukul 13.30 Wita, bertempat di Laboratorium Oseanografi Kimia, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
B. Prinsip Analisis
1. Refraksi
Difraksi adalah penyebaran berkas sinar setelah melewati celah sempit. Difraksi sangat berpengaruh pada ketajaman dan pembesaran bayangan. Dalam bidang kimia, difraksi digunakan untuk mengetahui konsentrasi larutan dan mengetahui komposisi bahan-bahan penyusun larutan.
Konsentrasi larutan akan berpengaruh secara proporsional terhadap sudut difraksi. Semakin pekat lautan/tinggi konsentrasi, maka sudut refraksi akan kecil. Alat yang digunakan ialah hand refractometer.
2. Densitas
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam dinamika laut. Perbedaan densitas yang kecil secara horizontal dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat. Oleh karena itu, densitas merupakan hal yang penting dalam oseanografi. Densitas adalah jumlah massa air laut per satu satuan volume. Dibawah lapisan ini terjadi perubahan temperature yang cukup besar dan salinitas sehingga menghasilkan pola perubahan yang cukup besar. Alat yang digunakan yaitu salinometer.

3. Konduktivitas
Konduktivitas merupakan suatu nilai daya hantar arus listrik yang baik pada suatu media. Pada metode ini, prinsip dasar yang digunakan yakni dengan mengukur tingkat salinitas dengan alat yang disebut konduktivitimeter.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
a. Hand refractometer
b. Konduktivitimeter
c. Gelas ukur 250 ml
d. Gelas ukur 100 ml
e. Gelas piala 250 ml
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
a. Air laut
b. Air aquades
c. Tissue roll
D. Prosedur Kerja
Sebelum melakukan praktikum, tiap kelompok mengambil air laut pada stasiun yang telah ditentukan untuk dianalisis salinitas air laut pada tiap stasiun.
1. Metode Refraksi
Siapkan alat dan bahan yang digunakan, kemudian bilas kaca hand refractometer dengan air aquades agar sample dari kelompok sebelumnya tidak tercampur dengan sample yang akan digunakan. Setelah itu teteskan sample keatas kaca hand refractometer kemudian ditutup. Arahkan hand refractometer kearah cahaya kemudian lihat nilai salinitasnya. Setelah itu, catat pada buku laporan. Untuk lebih akurat lalukan pengulangan sebanyak 3 kali.
2. Metode Densitas
Siapkan gelas ukur 250 ml dan salinometer, masukkan sample kedalam gelas ukur hingga mencapai batas 250 ml. kemudian masukkan salinometer dan catat hasil nilai garis yang berada pada salinometer. Untuk hasil yang akurat, ulangi lagi percobaan diatas sebanyak 3 kali.
3. Metode Konduktivitas
Ambil sample dan siapkan gelas ukur 100 ml, masukkan sample kedalam gelas ukur sebanyak 10 ml, kemudian tambahkan air aquades sebanyak 90 ml kedalam gelas ukur yang berisi sample tadi. Setelah itu, tuangkan kedalam gelas piala 250 ml, kemudian celupkan anoda dan katoda kedalam gelas piala tersebut. Lihat nilai salinitas yang tercantum pada konduktivitimeter, apabila tidak dapat terbaca, maka perlu dilakukan pengenceran sebanyak yang diperlukan dan catat hasil yang diperoleh dari konduktivitimeter. Ulangi sebanyak 3 kali, untuk mendapatkan hasil yang akurat.
E. Perhitungan
S = 0,0080 – 0,1692 K1/2 + 25,3853 K + 14,0261 – 7,0261 K2 + 2,7081 K5

Dimana K= nilai salinitas dengan menggunakan konduktifitimeter



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
60
1. Hand refractometer = 20 ppt + 20 ppt + 20 ppt = = 20 ppt
3
47
2. Salinometer = 15 ppt + 16 ppt + 16 ppt = = 15,6 ppt
3
9,51
3. Konduktivitimeter = 3,19 ppt + 3,15 ppt + 3,17 ppt = = 15,6 ppt
3
S = 0,0080 + 0,1692 K1/2 + 25,3853 K + 14,0261 – 7,0261 K2 ¬+ 2,7081 K5/2
= 0,0080 + 0,1692 (31,7)1/2 + 25,3853 (31,7) + 14,026 – 7,0261 (31,7)2 + 2,7081 (31,7)5/2
= 0,0080 + 0,1692 (5,63) + 25,3853 (31,7) + 14,026 – 7,0261 (1004,89) + 2,7081 (5657,807)
= 9079,3179 ppt
B. Pembahasan
Pada penentuan salinitas ini dilakukan pada hari kamis 03 Maret 2011, pukul 13.00 WITA, di laboratorium Oseanografi kimia. Dari hasil analisis yang dilakukan dengan tiga metode yaitu refraksi, densitas, dan metode konduktivitas didapatkan hasil yang berbeda-beda disebabkan karena alat yang digunakan kurang valid.
Pada perhitungan yang dilakukan, salinitas yang didapat tergolong rendah. Menurut Aida (2011) kisaran salinitas dilaut adalah 33-37 ppt. faktor yang memungkinkan hasil pengukuran salinitas rendah disebabkan oleh lingkungan sekitar stasiun pada pengambilan sampel terdapat pabrik limbah plastic dan cuaca yang mendung serta cara pengambilan sampel hanya pada bagian permukaan air laut.













V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
alat Salinometer dan konduktivitas dengan menggunakan alat konduktivitimeter Pada percobaan kali ini disimpulkan bahwa kadar salinitas suatu perairan dapat ditentukan dengan menggunakan tiga metode yaitu refraksi dengan menggunakan alat Hand refractometer, densitas dengan menggunakan alat Salinometer dan konduktivitas dengan menggunakan alat konduktivitimeter. Hasil dari pengukuran salinitas dengan menggunakan ketiga alat yang berbeda diatas menunjukkan pula hasil yang berbeda.
B. Saran
Untuk menentukan tingkat salinitas suatu perairan sebaiknya menggunakan alat – alat yang masih baik, agar hasil yang didapatkan lebih akurat.








DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Penuntun Praktikum Oseanografi Kimia. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Bengen, D.G. 2001. Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumber Daya Alam Pesisir dan Lautan. IPB.Bogor.

Effendie, 2003. Telaah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

Huet, H.B.N. 1970. Water Quality Criteria for Fish Life Bioiogical Problem In Water Pollution. PHS. Publ. No. 999-WP-25. 160-167PP. Diambil dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1308133141.pdf Pada 5 April 2011

Nybakken, J. W.1992. Biologi Laut sebagai Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Jakarta

Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. Third edition. W.B. Saunders Company Philadelphia. Toronto Florida.

Romimohtarto dan Sri Juwana. 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta

Wardoyo, S.T.H. 1978. Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Dalam : Prosiding Seminar Pengendalian Pencemaran Air. (eds Dirjen Pengendalian Dep. PU.), Hal 293-300. Diambil dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1308133141.pdf Pada 5 April 2011

























































HASIL PERAMETER KIMIA PERAIRAN
DI ANJUNGAN PANTAI LOSARI

PENENTUAN OKSIGEN TERLARUT DALAM AIR LAUT


NAMA : NIRWAN
NIM : L111 09 277
KELOMPOK : II (DUA)








LABORATORIUM OSEANOGRAFI KIMIA
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laut merupakan sumber daya alam yang diperlukan sebagai hajat hidup orang banyak. Pemanfaatan laut harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan sekarang dan mendatang, apalagi dalam pengelolaan perairan pantai yang berhubungan dekat dengan daratan.
Adanya dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan industri, rumah tangga, dan sebagainya terhadap perairan pantai mengakibatkan semakain menurunnya kualitas perairan yang dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup sekitarnya.
Permasalahan utama yang dihadapai oleh perairan pantai adalah menyangkut kualitas perairan yang terus menerus menurun. Padahal sumber daya bagi manusia dimasa mendatang berorientasi pada laut. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan perlindungan perairan pantai dengan seksama. Selain itu peran pemerintah juga sangat diperlukan seperti melaksanakan program program pengendalian lingkungan perairan dalam rangka pengendalian dampak lingkungan perairan seperti AMDAL, Program Pantai Lestari, dll.(Effendi, 2000).
Dalam upaya untuk pengendalian lingkungan laut secara berkelanjutan dengan tinggi mutu yang diinginkan maka pengelolaaan pencemaran juga sangat penting. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan penelitian dan interpretasi data kualitas zat kimia air laut yang meliputi pengukuran kandungan oksigen terlarut (DO).

Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air.
B. Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk mengetahui kadar oksigen terlarut dalam air laut, sedangkan kegunaannya, yaitu agar praktikan dapat memahami cara penentuan oksigen terlarut dalam air laut.


















II. TINJAUAN PUSTAKA
Oksigen terlarut (Dissolved Oksigen/ DO) adalah jumlah mg/l gas oksigen yang terlarut dalam air. Sebagaimana yang diketahui bahwa oksigen merupakan gas yang dapat larut pada perairan. Kadar oksigen terlarut diperairan dipengaruhi oleh suhu, salinitas, turbulensi perairan dan tekanan atmosfer (Jeffries dan Mills, 1996).
Oksigen terlarut (DO) sangat mempengaruhi kehidupan biota laut, karena berhubungan dengan proses respirasi. Kandungan oksigen terlarut juga bisa dijadikan parameter untuk mengetahui kondisi perairan (Hutabarat dan Evans , 1985).Sumber oksigen terlarut berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35 % selain hasil dari fotosintesis oleh tumbuhan. Difusi oksigen atmosfer ke air bisa terjadi secara langsung pada kondisi perairan diam (stagnant) atau terjadi karena agitasi atau pergolakan massa air akibat adanya gelombang atau ombak. Difusi oksigen dari atmosfer ke perairan pada hakekatnya relatif lambat meskipun terjadi pergolakan massa air. Oleh karena itu sumber utama oksigen diperairan adalah fotosintesis. Kadar oksigen terlarut pada perairan laut antara 11 mg/l pada suhu 00C dan 7 mg/l pada suhu 250C ( Effendi, 2000).
Kelarutan oksigen sangat erat hubungannya dengan CO2¬ bebas. Gas CO2 ini berasal dari proses penguraian bahan organik, oleh jasad-jasad renik (dekomposer) dan dari hasil respirasi hewan-hewan air. Oksigen terlarut dapat dijadikan indikator kualitas suatu perairan.
Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti oksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen ) maka kualitas air semakin baik.jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas (Odum, 1971).
Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun. Idealnya, kandungan oksigen terlarut dan tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 % (HUET, 1970)
Analisa titrimetri atau analisa volumetri adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indikator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetri adalah sebagai berikut :
1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika.
4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.
larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium (Aisyah, 2008).


















III. METODE ANALISIS
A. Waktu dan Tempat
Praktikum penentuan DO dalam air laut dilakukan pada hari kamis, tanggal 10 Maret 2011, pukul 13.30 Wita, bertempat di Laboratorium Oseanografi Kimia, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
B. Prinsip Analisis
Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah mg/L gas oksigen yang terlarut dalam air. Ada dua cara untuk menentukan DO, yaitu :
1. Titrasi (titrimetri)
2. DO – meter
1. Titrasi (Titrimetri)
Titrasi/titrimetri adalah pengukuran volume dalam larutan yang diperlukan untuk bereaksi sempurna dengan sevolume atau sejumlah berat zat yang akan ditentukan.
Metode titrimetri merupakan metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip pengukuran volume, untuk menentukan konsentrasi dan reaktan. Titran ditambahkan kedalam larutan analit hingga tercapai titik ekivalen.
Larutan yang ideal yaitu titik ekivalensi dan titik akhir titran adalah sama. Prinsip titrasi yang digunakan adalah dengan menggunakan larutan indicator untuk mengetest ada tidaknya oksigen yang terlarut.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
a. Gelas ukur 100 ml
b. Botol oksigen 250 ml
c. Labu ukur 250 ml
d. Burret
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
a. MnSO4 2 ml
b. Alkali iodide 2 ml
c. H2SO4 2 ml
d. Amilum (Indikator)
D. Prosedur Kerja
Sebelum melakukan praktikum di laboratorium tiap kelompok mengambil sampel dengan botol oksigen ditiap stasiun yang telah ditentukan. Cara pengambilan sampel yaitu botol oksigen dimiringkan diatas permukaan air laut kemudian masukkan air laut dan tutup dengan rapat.
Sesudah sampel diambil, kemudian dibawa ke laboratorium untuk di analisa yaitu dengan menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, kemudian masukkan MnSO4 sebanyak 2 ml dengan menggunakan pipet tetes kemudian dikocok hingga larutan MnSO4 bercampur dengan sampel. Masukkan lagi alkali iodide sebanyak 2 ml dengan pipet tetes, lalu dikocok hingga larutannya tercampur. Setelah itu, dimasukkan lagi H2SO4 pekat sebanyak 2 ml kemudian dikocok hingga tercampur dengan larutan tadi. Setelah semua larutan tercampur, tuang kedalam gelas ukur sebanyak 100 ml. selanjutnya dituang lagi kedalam labu ukur, lalu dicampur dengan amilum sebanyak 3-5 tetes, kocok hingga tercampur semua. Selanjutnya labu ukur diletakkan dibawah burret, kemudian ditetes dengan Natrium tiosulfat sedikit demi sedikit hingga warna berubah menjadi bening. Sesudah itu, tutup keran burretnya kemudian lihat berapa banyak natrium tiosulfat yang digunakan larutan analit untuk menjadi bening. Catat nilainya pada buku laporan, dan ulangi percobaan tersebut sekali lagi.
E. Perhitungan
1000 x A x N x 8
DO =
Vc x Vb / (Vb-6)

Dimana :
N = 0,025 N
Vc = 100 ml
Vb = 250 ml
A = Sesudah – sebelum ditritasi
Keterangan
A = ml larutan baku natrium tiosulfat yang digunakan
Vc = ml larutan yang ditritasi (Volume contoh)
N = Kemolaran larutan natrium tiosulfat
Vb = Volume botol BOD
Ulangan I + Ulangan II
DOrata-rata =
2









IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
A1 = 4 – 0 = 4 ml
1000 x 4 x 0,025 x 8
DO =
100 x 250 / (250 – 6)

800
=
102,45

= 7,80 mg/L


A2 = 7,6 – 4 = 3,6 ml

1000 x 3,6 x 0,025 x 8
DO2 =
100 x 250 / (250 – 6)

720
=
102,45

= 7,02 mg/L

7,80 + 7,02
DOrata-rata =
2
= 7,41 mg/L

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan yaitu oksigen terlarut. Pada saat pengambilan sampel, botol oksigennya dimiringkan agar oksigen bebas yang berada di atmosfir tidak tercampur dengan oksigen yang ada di dalam air laut. Setelah air laut dicampur dengan larutan MnSO4, air laut tersebut berubah warna menjadi warna kuning, setelah itu dicampurkan lagi pada larutan alkali iodide, warnanya berubah menjadi coklat, terakhir dicampur dengan larutan H2SO4 pekat berubah menjadi orange. Setelah larutan tersebut dimasukkan kedalam labu ukur, kemudian dicampur dengan amilum, wananya berubah menjadi biru tua. Larutan yang telah dicampur amilum (Indikator) bila berubah warna, itu menandakan bahwa air laut tersebut mengandung oksigen, bila warnanya tidak berubah maka menandakan bahwa air laut tersebut tidak mengandung oksigen. Bila dikaitkan dengan pencemaran, larutan DO yang dibawah 4 masih tergolong pencemaran sedikit, larutan DO bernilai 4 tergolong tercemar sedang dan bila diatas 5 tergolong sangat tercemar. Dari hasil perhitungan yang didapat, nilai DO rata-rata adalah 7,41 mg/L maka stasiun sampel yang diteliti tergolong tercemar berat.










V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pada percobaan ini didapatkan bahwa penentuan kadar oksigen terlarut dalam air laut menggunakan parameter kimia berupa DO-meter dan Titrimetri.Kadar oksigen terlarut dalam air laut di stasiun anjungan pantai losari yaitu 7,41 mg/L. Kesalahan terjadi karena kurang teliti dan kurang terampilnya praktikan melakukan proses titrasi, sehingga hasil pengamatan menjadi kurang akurat.
B. Saran
Sebaiknya dalam melakukan titrasi, sebelumnya praktikan telah memastikan kondisi buret seperti mengatur kuat tidaknya karena untuk dibuka atau ditutup, sehingga hasil tidak akan kelebihan. Praktikan juga harus lebih teliti melihat awal dan akhir titrasi.
























DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. 2008. Titrimetri. http://rgmaisyah.wordpress.com (Diakses pada tanggal 6 April 2011)
Effendie, 2003. Telaah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

Huet, H.B.N. 1970. Water Quality Criteria for Fish Life Bioiogical Problem In Water Pollution. PHS. Publ. No. 999-WP-25. 160-167PP. Diambil dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1308133141.pdf Pada 5 April 2011

Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. Third edition. W.B. Saunders Company Philadelphia. Toronto Florida.
















































































HASIL PERAMETER KIMIA PERAIRAN
DI ANJUNGAN PANTAI LOSARI

PENENTUAN KADAR NITRAT DALAM AIR LAUT


NAMA : NIRWAN
NIM : L111 09 277
KELOMPOK : II (DUA)








LABORATORIUM OSEANOGRAFI KIMIA
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
201



I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Unsur-unsur hara utama bagi jasad hidup dilaut adalah fosfor (P) dan nitrogen (N) yang memegang peranan penting dalam daur organik, meskipun bukan diantara unsur-unsur kimia yang tinggi kadarnya dalam air laut. Hal ini disebabkan karena terjadinya penyerapan oleh berbagai biota laut dan pelepasan oleh proses-proses pembusukan jaringan biota mati, serta oleh sirkulasi air. Walaupun dalam air laut, tidak ada hubungan tetap antara kedua unsur hara ini dengan unsur-unsur utama dalam air laut, tapi ada hubungan tetap antara fosfor dan nitrogen.
Nitrat adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan salah satu senyawa yang stabil. Nitrat sebagai unsur hara utama nitrogen dalam bentuk NO¬3- digunakan sebagai substansi atau komponen dinding sel yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu nitrat sebagai senyawa-senyawa nitrogen anorganik utama dalam air laut tedapat sebagai ion nitrat (NO3), nitrit dan amoniak (NH3), dan sangat dipengaruhi oleh oksigen bebas dalam air.
Nitrat merupakan salah satu unsur yang penting untuk sintesis protein tumbuh-tumbuhan dan hewan. Akan tetapi nitrat pada konsentrasi yang tinggi dapat mengakumulasikan pertumbuhan ganggang yang tidak terbatas (bila syarat-syarat lain seperti konsentrasi fosfat dipenuhi), sehingga air kekurangan oksigen terlarut dan menyebabkan kematian organisme-organisme lain.
Berdasarkan dengan asumsi inilah sehingga kami mengadakan pengujian penetapan nitrat air laut yang terdapat pada perairan Pantai Losari Makassar, untuk mengetahui kadar nitrat yang dikandungnya dan apakah masih layak untuk dijadikan sebagai habitat beberapa organisme atau hewan laut dengan konsentrasi tersebut.
B. Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menentukan kadar nitrat yang ada di perairan anjungan Pantai Losari sedangkan kegunaan dari praktikum ini yaitu agar praktikan dapat memahami dan mengetahui cara menentukan kadar nitrat pada perairan Pantai Losari.




















II. TINJAUAN PUSTAKA
Nitrogen merupakan salah satu senyawa anorganik utama dalam air laut yang terdapat sebagai ion nitrat (NO3-), nitrit (NO2), dan amoniak (NH3) yang sangat dipengaruhi oleh oksigen bebas dalam air laut. Pada kondisi lingkungan oksigen rendah di air, nitrogen cenderung berbentuk amoniak, sedangkan pada kandungan oksigen tinggi keseimbangan bergerak ke nitrat. Hal ini menunjukkan bahwa nitrat merupakan nitrogen yang paling stabil dengan adanya oksigen bebas yang cukup di laut, dalam artian keseimbangan akan terus bergerak ke proses oksidasi dan tidak akan mengalami reaksi reduksi dengan adanya oksigen yang cukup dalam perairan. Hal ini yang menyebabkan nitrat sebagai senyawa yang memiliki kelimpahan terbesar pada kolom air (Anonim, 2005).
Nitrat (NO3) adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan sebuah senyawa yang stabil. Nitrat merupakan salah satu unsur penting untuk sintesa protein tumbuh-tumbuhan dan hewan. Selanjutnya dikatakan bahwa pemasukan nitrogen ke laut terutama berasal dari fiksasi nitrogen dari atmosfer oleh petir membentuk senyawa N2O5, N2O, dan NO yang ikut dalam air hujan. Letusan gunung api juga memasukkan nitrogen ke laut, pemecahan material organik yang berasal dari sampah tanaman atau hewan menghasilkan amoniak. Hasil pemecahannya dapat mengalami oksidasi biologis menghasilkan nitrit (NO2) dan nitrat (NO3) (Alaerts, 1987).
Nitrat merupakan pusat penting dalam siklus biologi nutrien, dimana kosentrasi nitrat di perairan laut dipengaruhi oleh proses nitrifikasi, reduksi nitrat baik secara kimiawi maupun secara biologis, trasnportasi (suplai) nitarat dalam perairan tersebut, pengambilan nitrat oleh organisme dan fiksasi nitrogen bebas di udara. Proses nitrifikasi terjadi dimana senyawa amoniak dalam kondisi aerob akan teroksidasi oleh bakteri autotrof melalui proses mikrobiologi menjadi nitrit kemudian nitrat. Senyawa-senyawa nitrogen terlarut dan partikulat dari organisme-organsime yang mati dan hasil ekskresinya terdekomposisi menjadi amoniak. Amoniak ini kemudian mengalami reaksi oksidasi melalui dua tahapan yaitu pengubahan amoniak menjadi nitrit oleh bakteri Nitrosomonas dan pengubahan menjadi nitrat oleh bakteri Nitrobacter, seperti berikut (Anonim, 2005).
2 NH4- + 3O2 nitrosomonas 2 NO2- + 4 H- + 2 H2O
2 NO2- + O2 nitrobakteri 2 NO3-
Pada saat konsentrasi oksigen (O2) berkurang di dalam kolom air maka proses denitrifikasi mengambil alih proses nitrifikasi. Denitrifikasi adalah proses mikrobiologi daimana ion nitrat dan nitrit diubah menjadi molekul N2. Produk akhir adalah gas nitrogen (N2) yang relatif tidak dapat dimanfaatkan oleh sebagian besar organisme nabati secara langsung (Hutagalung, dkk., 1997).
Proses nitrifikasi sangat dipengaruhi oleh beberapa parameter sebagai berikut:
a. Pada kadar oksigen terlarut < 2 mg/l, reaksi akan berjalan lambat. b. Nilai pH yang optimum bagi proses nitrifikasi adalah 8-9. Pada pH < 6, reaksi akan berhenti. c. Bakteri yang melakukan nitrifikasi cenderung menempel pada sedimen dan bahan padatan lain. d. Kecepatan pertumbuhan bakteri nitrifikasi lebih lambat daripada bakteri heterotrof. Apabila pada perairan banyak terdapat bahan organik maka pertumbuhan bakteri heterotrof akan melebihi pertumbuhan bakteri nitrifikasi. (Effendi, 2000) III. METODE ANALISIS A. Waktu dan Tempat Pada praktikum penentuan kadar nitrat dilakukan pada hari kamis, 17 Maret 2011, pukul 13.30 Wita, yang bertempat di Laboratorium Oseanografi Kimia, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. B. Prinsip Analisis Penentuan kadar nitrat dalam air digunakan metode brucine dengan pereaksi-pereaksi brucine dan asam sulfat pekat. Reaksi brucine dengan nitrat membentuk senyawa yang berwarna kuning. Kecepatan reaksi ini sangat dipengaruhi oleh tingkat panas larutan. Pemanasan larutan dilakukan dengan penambahan asam sulfat pekat. Metoda ini hanya sesuai untuk air sampel yang kadar nitrat-nitrogen 0,1 sampai 2 ppm (selang terbaik : 0,1 – 1 ppm NO3 – N). Bila diduga air sampel mengandung nitrat lebih besar atau lebih kecil dari selang ini, disarankan untuk menggunakan metode brucine. Batas kenormalan dalam penentuan nitrat dalam air laut yaitu 0,9 – 3,5 mg/L. Jika kadarnya lebih maka akan blooming dan jika kekurangan maka akan tercemar. C. Alat dan Bahan 1. Alat Adapun alat dan bahan yang digunakan, yaitu : a. Spektrofotometer b. Tabung reaksi c. Pipet tetes d. Pipet skala 2. Bahan Adapun bahan yang digunakan, yaitu : a. Air laut b. Aquades c. Larutan brucine d. Asam sulfat pekat D. Prosedur Kerja Pertama-tama diambil sampel pada stasiun yang telah ditentukan, kemudian siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Selanjutnya tabung reaksi dicuci dengan menggunakan aquades sebanyak tujuh kali, setelah itu ambil air laut dengan menggunakan spoit dan disemprotkan kedalam tabung reaksi sebanyak lima kali. Kemudian sampel tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 2,0 ml. Selanjutnya tambahkan delapan tetes larutan brucine, kemudian dihomogenkan dengan cara digoyang-goyangkan. Setelah itu, ditambahkan asam pekat sebanyak 2 ml pada saat masuk kedalam ruang asam dan diamkan hingga dingin. Kemudian diukur kandungan nitratnya dengan menggunakan spektrofotometer. Untuk lebih akurat diulangi sekali lagi dengan mengikuti prosedur di atas. E. Perhitungan Nt – No = No3 Keterangan Nt = Nilai sampel No = Nilai blanko IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Percobaan I Nt – No = No3 0,136 – 0,019 = 0,155 mg/L Percobaan II Nt – No = No3 0,173 – 0,020 = 0,153 mg/L Rata-ratanya = 0,155 +0, 153 2 = 0, 154 mg/L B. Pembahasan Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan yaitu menentukan kadar nitrat dalam air laut. Setelah dilakukan percobaan dengan menggunakan metode brucine, dan alat spektrofotometer. Dari hasil perhitungan percobaan yang telah dilakukan, nilai yang didapat pada percobaan I yaitu 0,155 mg/L dan pada percobaan II yaitu 0,153 mg/L. Ketentuan range nya yaitu apabila dibawah 0,9 – 3,5 tergolong tercemar berat, sedangkan apabila diatas 0,9 – 3,5 terjadi blooming. Oleh karena kesalahan prosedur dan pencampuran awal maka data yang diperoleh kurang akurat. Tetapi bila dimasukkan kedalam ketentuan range maka sampel air laut pada stasiun yang telah ditentukan tergolong tercemar berat. (Effendi, 2000). V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pada percobaan penentuan kadar nitrat dapat disimpulkan bahwa nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2) adalah ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Adapun cara penentuan kadar nitrat yaitu dengan metode brucine yang menggunakan asam pekat. Adapun hasil yang di peroleh dari pengukuran kadar nitrat pada perairan Pantai Losari adalah 0,154 mg/L. B. Saran Sebaiknya pada percobaan berikutnya semua praktikan dapat lebih aktif dalam melakukan percobaan. DAFTAR PUSTAKA Alaerts, B., dan Santika, S.S., 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional, Surabaya. Anonim. 2005. Penuntun Praktikum Oseanografi Kimia. Universitas Hasanuddin. Makassar. Effendie, 2003. Telaah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta. Hutagalung, H, P., Dan Abdul Rozak, 1997. MetodeAnalisis Air Laut, Sedimendan Biota, Buku 2. P3O. LIPI Jakarta. HASIL PERAMETER KIMIA PERAIRAN DI ANJUNGAN PANTAI LOSARI PENENTUAN BAHAN ORGANIK TERLARUT NAMA : NIRWAN NIM : L111 09 277 KELOMPOK : II (DUA) LABORATORIUM OSEANOGRAFI KIMIA JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelimpahan bahan organik di laut sangat diperlukan, karena dengan adanya bahan organik akan menunjang kehidupan organisme di laut. Kelimpahan bahan organik ini dapat menentukan tingginya produktivitas primer maupun sekunder di perairan. Namun dalam komposisi yang tinggi dapat mengancam kehidupan biota laut dapat menguragi jumlah oksigen di perairan. Melimpahnya bahan-bahan organik diperairan menyebabkan limbah organik yang akan mengancam kehidupan biota laut. Limbah organik terjadi akibat pasokan bahan organik meningkat dari daratan telah melewati batas kemampuan dari mikroorganisme untuk dapat menguraikannya . Bahan organik di laut berasal dari bahan organik terlarut dan bahan organik bebas. Bahan organik terlarut berasal dari yang telah terlarut dalam perairan sedangkan bahan organik bebas berasal dari hasil metabolisme yang dilakukan oleh mikroorganisme. Oksigen yang terdapat dalam air laut terdiri dari dua bentuk senyawa yaitu terikat dengan unsur lain dan sebagai molekul bebas. Molekul oksigen yang terdapat dalam air laut terlarut secara fisika, sehingga kelarutannya sangat dipengaruhi oleh suhu air.Sumber utama oksigen dalam air laut yaitu dari udara bebas melalui proses difusi dan dari hasil proses fotosintesis fitoflankton pada siang hari. Kadar oksigen yang terlarut dalam air standar atau minimum 5 ppm jadi bila ditemukan dalam suatu perairan kadar oksigen terlarutnya kurang dari lima maka perairan itu tidak terlalu cocok untuk organisme atau pertumbuhan organisme pada daerah itu akan mengalami penghambatan. Dewasa ini bahan-bahan organik terlarut yang sampai di laut dari daratan bukan saja berasal dari proses-proses alam. Meningkatnya industrialisasi dan bertambah padatnya populasi manusia mengakibatkan bahwa makin banyaknya limbah atau bahan organik terlarut yang sampai di laut dari daratan. Banyak diantaranya mudah mengalami oksidasi dan mengalami dekomposisi bakterial dalam laut. Tetapi dalam perairan-perairan bahari yang sifatnya agak tertutup seperti perairan estuaria kebutuhan akan oksigen untuk dekomposisi bahan-bahan ini demikian besarnya sehingga dapat membahayakan kehidupan dalam perairan-perairan tersebut. B. Tujuan dan Kegunaan Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui kandungan bahan organic terlarut yang terdapat disuatu perairan. Kegunaan dari praktikum ini, yaitu agar praktikan dapat memahami dan mengetahui cara pengukuran kandungan Bahan organik terlarut disuatu perairan dengan menggunakan parameter kimia. II. TINJAUAN PUSTAKA Bahan organik terlarut total atau Total Organik Matter (TOM) menggambarkan kandungan bahan organik total suatu perairan yang terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi (particulate) dan koloid. Bahan organik merupakan bahan bersifat kompleks dan dinamis berasal dari sisa tanaman dan hewan yang terdapat di dalam tanah yang mengalami perombakan. Bahan ini terus-menerus mengalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan biologi. Dekomposisi bahan organik di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain susunan residu, suhu, pH, dan ketersediaan zat hara dan oksigen (Anonim, 2005). Kosentrasi tertinggi bahan organik terlarut terdapat pada permukaan perairan dan terutama perairan dekat pantai (daerah dengan tingkat produktifitas tertinggi, terdapat aliran sungai dan mendapat masukan dari atmosfer). Kosentrasi bahan organik baik perairan dekat pantai dapat juga berubah secara cepat yang dipengaruhi oleh ledakan alga, pemangsaan zooplankton, badai dan masukan air tawar. Untuk bahan organik terlarut yang ideal untuk budidaya yaitu kisaran 20 – 30 mg/l (Anonim, 2005). Terdapat empat macam sumber penghasil bahan organik terlarut dalam air laut, yaitu yang berasal dari (1) daratan; (2) proses pembusukan organisme yang telah mati: (3) perubahan metabolik-metabolik ekstraseluler oleh algae, terutama fitoplankton: dan (4) ekskresi zooplankton dan hewan-hewan lainnya. Selanjutnya dikatakan bahwa bahan organik total di perairan terdapat sebagai plankton, partikel-partikel tersuspensi dari bahan organik yang mengalami perombakan (detritus) dan bahan-bahan organik total yang berasal dari dari daratan dan terbawa oleh aliran sungai (Rakhman, 1999). Sebagian besar bahan buangan organik dapat diuraikan oleh organisme mikro yang berada di sekitar perairan. Tetapi beberapa komponen organik seperti lignin, selulosa dan batubara tidak dapat atau sulit diuraikan oleh organisme. Komponen-komponen yang sulit terurai tersebut akan menutupi daerah perairan dan memperdangkal perairan dan dapat juga mengakibatkan turunnya konsentrasi oksigen terlarut dalam air (Wordoyo 1975). Adapun klasifikasi pencemaran bahan organik dalam perairan menurut sebagai berikut: a. Polusi bahan organik kelas I (sedikit). Pada dasar perairan tidak terbentuk endapan atau lapisan hitam dari Ferosulfida (FeS) warna substrat dasar coklat atau terang (liat atau kerikil) O2 paling sedikit 8 ppm. b. Polusi bahan organik kelas II (sedang). Perairan berarus lambat, luas relatif sempit. Pada lapisan perairan kadang-kadang terdapat lapisan kehitam-hitaman, O2 terlarut hampir 6 ppm. c. Polusi organik kelas III (kritis). Substrat pada lapisan perairan yang dalam berwarna hitam, kandungan oksigen rata-rata 4 ppm. d. Polusi organik kelas IV (berat). Substrat lapisan perairan dasar dalam bentuk liat atau lumpur, hampir semua berwarna hitam, kandungan oksigen 2 ppm. e. Polusi organik kelas V (sangat berat). Semua dasar perairan yang berhubungan dengan udara berwarna hitam legam, kandungan oksigen terlarut < 2 ppm dan biasanya mengandung racun (Wordoyo 1975). Konsentrasi tertinggi bahan organik terlarut terdapat pada permukaan perairan dan terutama perairan dekat pantai (daerah dengan tingkat produktifitas tertinggi, terdapat aliran sungai dan mendapat masukan dari atmosfer). Konsentrasi bahan-bahan organik baik perairan dekat pantai maupun lepas pantai dapat juga berubah secara cepat yang dipengaruhi oleh ledakan alga, pemangsaan zooplankton, badai dam masukan air tawar (Astari, 2003). Sumber utama oksigen dalam air laut adalah dari udara melalui proses difusi dan dari hasil fotosintesis fitoplankton pada siang hari. Faktor-faktor yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam air laut yaitu kebaikan suhu air, respirasi, adanya lapisan minyak pada permukaan laut dan masuknya limbah organik yang mudah diurai kelingkungan laut. Diantara faktor tersebut faktor utama yang paling sering menurunkan kadar oksigen dalam air laut adalah masuknya limbah organik yang mudah terurai (Hutagalung, 1997). Produktifitas primer merupakan salah satu faktor yang menyebabkan banyak tidaknya BOT. Produktivitas primer terletak pada fitoplankton diatom bentik dan kelekap. Dari semua itu tampaknya diatom bentik dan kelekap memegang peranan penting tetapi dengan mempertimbangkan semua sumber itu bersama-sama. Produktivitas primer alga biasanya dianggap sangat rendah, estuaria adalah daerah yang mempunyai sejumlah besar organisme dan produksi sekunder yang tinggi. Selain produktivitas primer, bahan organi juga dibawah oleh sungai yang masuk kelaut (Nybakken, 1992). III. METODE ANALISIS A. Waktu dan Tempat Praktikum BOT dilakukan pada hari kamis, tanggal 24 Maret 2011, pada pukul 13.30 Wita yang bertempat di Laboratorium Oseanografi Kimia, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. B. Prinsip Analisis Bahan Organik Terlarut menggambarkan kandungan organic total suatu perairan yang terdiri dari bahan organik terlarut tersuspensi dan koloid. Prinsip analisis BOT didasarkan pada kenyataan semua bahan organik dapat dioksidasi dengan menggunakan senyawa kalium permanganate atau kalium dikromat. Oksidator yang digunakan pada penentuan BOT adalah KMnO4, diasamkan dengan H2SO4 pekat dan dididihkan beberapa saat. C. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang digunakan yaitu : a. Pemanas listrik b. Burret c. Gelas ukur d. Erlemeyer e. Thermometer 2. Bahan a. KMnO4 0,01 N b. Na Oxalat c. Asam sulfat d. Blanko 1,7 ml D. Prosedur Kerja Pertama-tama tuang sampel kedalam erlemeyer sebanyak 50 ml dengan menggunakan gelas ukur. Kemudian tambahkan KMnO4 sebanyak 9,5 ml kedalam erlemeyer yang berisi sampel dengan menggunakan burret. Setelah itu masukkan H2SO4 sebanyak 10 ml, kemudian masukkan thermometer. Selanjutnya panaskan larutan tersebut di pemanas listrik hingga 70oC, setelah itu diangkat. Setelah itu, campurkan dengan Na Oxalat yang ada di burret secara perlahan hingga sampel berwarna bening. Titrasi dengan cara menambahkan KMnO4 hingga warna sampel menjadi warna pink. Selanjutnya catat KMnO4 yang terpakai dalam sampel. Ulangi percobaan diatas sekali lagi untuk melihat keakuratannya. E. Perhitungan (x – y) x 31,6 x 0,01 x 1000 BOT (mg/L) = ml sampel Ket : x : sampel Y : blanko IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil (x – y) x 31,6 x 0,01 x 1000 BOT1 = ml sampel (5,1 – 1,7) x 31,6 x 0,01 x 1000 = 50 ml (3,4) (316) = 50 1074,4 = 50 = 21,488 mg/L (x – y) x 31,6 x 0,001 x 1000 BOT2 = ml sampel (6,1 – 7,1) x 31,6 x 0,01 x 1000 = 50 ml (4,4) (316) = 50 1390,4 = 50 = 27,808 mg/L BOT1 + BOT 2 BOTrata-rata = 2 21,488 + 27,808 = 2 = 24, 648 mg/L B. Pembahasan Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan yaitu Bahan Organik Total, dengan prinsip analisis oksidator dan KMnO4. Setelah dilakukan percobaan dengan indicator KMnO4 didapatkan hasil perhitungan BOT1 adalah 21,488 mg/L dan BOT2 adalah 27,808 mg/L, setelah di rata-ratakan hasil yang didapat yaitu 24,648 mg/L. Dengan hasil yang telah didapat, dapat disimpulkan bahwa BOT pada stasiun tempat diambilnya sampel masih dalam batas tolerir dari dampak negative bahan organik terlarut. (Wordoyo 1975). V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pada praktikum ini, untuk mengetahui kandungan Bahan Organik dalam air laut, dapat menggunakan parameter kimia yaitu metode titrasi dengan cara mencampurkan KMnO4 sebagi indicator. Karbon (C), hydrogen (H) dan Oksigen (O). Pada hasil titrasi tersebut didapatkan pada stasiun anjungan Losari, kandungan bahan organiknya berkisar 24,648 mg/L. Kandungan ini masih dapat ditolerir pada organisme. B. Saran Agar waktu dapat lebih efesien dalam praktikum, sebaiknya praktikan lebih tertib dan tenang dalam mengerjakan percobaan ini, agar tidak terjadi kesalahan dalam percobaan ini. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2005. Penuntun Praktikum Oseanografi Kimia. Universitas Hasanuddin. Makassar. Hutagalung, H, P., Dan Abdul Rozak, 1997. MetodeAnalisis Air Laut, Sedimendan Biota, Buku 2. P3O. LIPI Jakarta. Nybakken, J. W.1992. Biologi Laut sebagai Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Jakarta Wardoyo, S.T.H. 1978. Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Dalam : Prosiding Seminar Pengendalian Pencemaran Air. (eds Dirjen Pengendalian Dep. PU.), Hal 293-300. Diambil dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1308133141.pdf Pada 5 April 2011 ‘ HASIL PERAMETER KIMIA PERAIRAN DI ANJUNGAN PANTAI LOSARI PENENTUAN KLOROFIL A NAMA : NIRWAN NIM : L111 09 277 KELOMPOK : II (DUA) LABORATORIUM OSEANOGRAFI KIMIA JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Klorofil merupakan zat hijau daun yang dibutuhkan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis, karena zat hijau daun ini mampu berikatan dengan sinar matahari, dimana energi dari matahari itu digunakan untuk merubah bahan-bahan anorganik menjadi bahan organik untuk pertumbuhannya.. Diwilayah perairan, hampir semua organisme autotrof memiliki klorofil, utamanya klorofil-a. Klorofil ini memberikan warna hijau pada tumbuhan karena kelimpahannya dilaut dan juga karena adanya peranan tumbuhan yang menentukan tingkat penyediaan energi dan materi. Klorofil terdapat sebagai butir-butir hijau di dalam kloroplas, yang pada dasarnya kloroplas tersebut bentuknya oval dan bahan dasarnya disebut stoma sedangkan butir-butir didalamnya disebut grana. Klorofil terbagi atas tiga jenis, yaitu klorofil-a, klorofil-b, dan klorofil-c. Pada umumnya fitoplankton laut mengandung klorofil-a dan beberapa pigmen tambahan yaitu klorofil-b dan c serta karotenoid. Klorofil pada plankton dapat digunakan sebagai indikator kesuburan suatu perairan. Kesuburan suatu perairan tergantung pada produktivitas primer tumbuhan yang berklorofil yang merupakan interaksi dari berbagai faktor, diantaranya adalah unsur hara dalam perairan. Selain itu klorofil juga digunakan sebagai indikator biomassa fitoplankton pada suatu perairan. Mengingat pentingnya peranan klorofil pada organisme dan lingkungan perairan laut, maka diadakanlah praktikum mengenai kandungan klorofil-a pada suatu perairan, khususnya perairan pantai Losari Makassar. B. Tujuan dan Kegunaan Tujuannya yaitu untuk mengetahui Klorofil-a (Biomassa Fitoplankton) di suatu perairan. Sedangkan kegunannya adalah agar praktikan dapat mengetahui kandungan klorofil-a yang terdapat pada suatu perairan dan banyak tidaknya fitoplankton yang terdapat pada suatu perairan tersebut. II. TINJAUAN PUSTAKA Cahaya matahari yang sampai kebumi adalah cahaya putih yang terdiri atas gelombang dengan panjang gelombang yang berbeda-beda tersusun berurutan dimulai dari cahaya merah dengan panjang gelombang relatif panjang hingga cahaya biru yang lebih pendek. Klorofil-a merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan produktivitas primer dilaut. Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan kondisi oseanografis suatu perairan. Beberapa parameter fisika-kimia yang mengontrol dan mempengaruhi sebaran klorofil-a adalah intensitas cahaya, nutrien (terutama nitrat, fosfat, dan silikat). Perbedaan parameter fisika-kimia tersebut secara langsung merupakan penyebab bervariasinya produktivitas primer di beberapa tempat di laut. Selain itu “grazing” juga memiliki peran besar dalam mengontrol konsentrasi klorofil-a di laut. Apabila cahaya matahari ini mengenai daun tumbuhan hijau, sebagaian gelombang cahaya akan diserap oleh daun, sebagian akan ditrasmisikan, dan sebagian lagi akan dipantulkan kembali (Horas, 1997). Meskipun cahaya menunjukkan sifat gelombang, namun cahaya diserap sebagi partikel yang disebut foton. Satu foton adalah satu satuan energi minimum yang dikeluarkan oleh suatu molekul, misalnya matahari atau filamen lampu yang bergerak dengan kecepatan 3 x 10 10 cm perdetik. Fotosintesis hanya dapat dilakukan oleh tumbuhan yang berklorofil dengan menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energinya. Fungsi klorofil bagi tumbuhan dalam fotosintesis adalah menguibah energi cahaya matahari menjadi energi kimia. Pada peristiwa ini H20 dari udara dengan H20 dari tanah diubah menjadi karbohidrat dan oksigen dilepaskan ke udara (Protigno, 1991). Apabila cahaya matahari mengenai daun hijau, gelombang cahaya yang diserap (partikel foton) daun akan membentur molekul-molekul klorofil. Benturan partikel foton pada molekul klorofil. Benturan partikel foton pada molekul klorofil menyebabkan elektron atom klorofil pindah dari orbit dalam ke luar yang lebih jauh dari inti atomnya, dapat dikatakan bahwa atom klorofil telah mengikat energi atau atom klorofil dalam keadaan teresitasi. Atom yang teresitasi menjadi lebih berenergi. Lama atom dalam keadaan teresitasi lebih kurang 10-10 detik. Atom yang teresitasi daloam keadaan yang tidak stabil, akan kembali pada kedudukan (orbit) semula dan mengakibatkan energi yang diikat dilepaskan (Weisz, 1978). Ketika energi dilepaskan kembali oleh atom klorofil yang teresitasi terjadi proses penguraian (pemecahan) air. Dengan energi tersebut molekul H2O diuraikan seperti berikut : Energi cahaya Klorofil 2 H2O energi + 2H2 + O2 klorofil teresitasi Menurut Harborne (1987), faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya klorofil adalah : 1. Faktor pembawaan Pembentukan klorofil seperti halnya dengan pembentukan pigmen-pigmen lain pada hewan dan manusia yang dibawakan oleh suatu gen tertentu didalam kromosom. Jika gen ini tidak ada, tanaman akan tampak putih. 2. Cahaya Klorofil dapat terbentuk dengan memerlukan cahaya, tanaman lain yang disimpan dalam keadaan gelap tidak berhasil membentuk klorofil. 3. Oksigen Oksigen juga berpengaruh terhadap pembentukan klorofil, baik itu dari lingkunghan perairan maupun difusi dari atmosfer. 4. Karbohidrat Karbohidrat juga sangat berperan dalam pembentukan klorofil. Tanpa zat gula daun tidak akan dapat membentuk klorofil. Hutagalung (1997), mengatakan bahwa untuk mrnghitung kandungan klorofil absorbansi dari panjang gelombang yang diukur (664, 647, dan 630 nm) dikurangi dengan absorbansi pada panjang gelombang 750 nm. Pengurangan absorbansi pada masing-masing panjang gelombang tersebut dengan absorbansi pada panjang gelombang 750 nm dimaksudkan untuk mendapatkan nilai absorbansi yang dilakukan oleh klorofil, karena pada panjang gelombang 750 nm tidak terdapat penyerapan yang dilakukan oleh klorofil (hanya faktor kekeruhan sampel). Klasifikasi kandungan klrofil-a pada perairan : • < 0,07 berarti tingkat kandungan klorofil-a cukup rendah. • 0,07 – 0,14 berarti kandunagan klorofil-a sedang • > 0,14 berarti kandungan klorofil-a sangat tinggi








III. METODE ANALISIS
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Klorofil-a dilakukan pada hari kamis, tanggal 31 Maret 2011, pukul 13.30 Wita, bertempat di Laboratorium Oseanografi Kimia, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
B. Prinsip Analisis
Klorofil mempunyai peranan esensial dalam proses fotosintesis yaitu suatu proses yang merupakan dasar dari prokduksi zat – zat organik dalam alam. Pengukuran kadar klorofil masih relatif belum banyak digunakan, mengingat pentingnya klorofil dlam oseanologi maka selanjutnya terdapat metode pengukuran yang prkatiks dan mudah.
Metode penentuan ini didasarka pada penyerapan pada tiga panjang gelombang (trichomotric) yang masing – masing merupakan penyerapan maksimum untuk klorofil a, b, c dalam pelarut aseton.
Untuk klorofil-a diukur menggunakan spektofotometer pada tiga panjang gelombang 664, 647, 630. Elektron menggunakan aseton.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan, yaitu :
a. Tabung reaksi
b. Filter belder
c. Vaccum pamp
d. Gelas piala
e. Refrigator
f. Centri fuse
g. Pinset
h. DR 2800
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan, yaitu:
a. Sampel air di perairan depan anjungan losari
b. Aseton 90 %
c. MgCO3 1%
d. Aluminium foil
e. Kertas saring selulosa
D. Prosedur Kerja
Awalnya ambil air laut pada stasiun yang telah ditentukan pada pukul 11.00-13.00 Wita. Kemudian siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Setelah siap, disaring 500 ml air sampel, kemudian ditambahkan 2 ml MgCO3 pada sampel. Biarkan kertas saring kering, setelah itu hasil saringan ditempatkan pada gelas piala kemudian ditambahkan 15 ml aseton 90 % lalu dsimpan selama 24 jam pada refrigator. Hasil dari saringan tersebut dimasukkan dalam tabung sentry fungsi, selanjutnya disentri fungsi pada suhu kamar 25 menit kemudian diukur absorbsinya pada panjang gelombang 664,647, dan 630 m.
E. Perhitungan
Untuk mencari kandungan klorofil, digunakan rumus dan persamaan sebagai berikut :
Klorofil-a (C) = 11,8 E664 – 1,54 E647 – 0,08 E630



Di mana :
E664, = Panjang absorbansi 664
E647, = Panjang absorbansi 664
E630 = Panjang absorbansi 664
Va = Volume Aseton
V = Volume air contoh
C = Hasil absorban maksimal pada tiap panjang gelombang
10 = Ketetapan standar






























IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Panjang Gelombang

630 (nm) 647 (nm) 664 (nm) 760 (nm)
0,041 0,049 0,086 - 0.005

B. Pembahasan
Pada percobaan kali ini, menentukan klorofil-a disuatu perairan dengan menggunakan prinsip analisis trichomotric (Panjang Gelombang). Ukuran panjang gelombang yang menjadi patokan yaitu 630 nm, 647 nm, 664 nm dan 670nm. Dari hasil percobaan yang membutuhkan waktu 24 jam untuk melihat kandungan klorofil-a didapatkan bahwa pada panjang gelombang 630 nm bernilai 0,041nm, panjang gelombang 647 bernilai 0,049 nm, panjang gelombang 664 bernilai 0,086 nm dan panjang gelombang 760 bernilai -0,005 nm.












V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan klorofil-a disuatu perairan digunakan metode tricomotric. Dari hasil pengukuran, stasiun anjungan Losari dapat diketahui bahwa kandungan korofil-a cukup banyak diperairan tersebut, maka fitoplankton yang terdapat diperairan anjungan losari juga banyak yakni panjang gelombang 630 nm bernilai 0,041 nm, panjang gelombang 647 bernilai 0,049 nm dan panjang gelombang 760 bernilai -0,005 nm.
B. Saran
Sebaiknya praktikan lebih focus untuk menyimak setiap materi yang disampaikan oleh asisten agar dalam pelakukan praktikum tidak terjadi kesalahan.














DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, B., dan Santika, S.S., 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional, Surabaya.
Huet, H.B.N. 1970. Water Quality Criteria for Fish Life Bioiogical Problem In Water Pollution. PHS. Publ. No. 999-WP-25. 160-167PP. Diambil dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1308133141.pdf Pada 5 April 2011
Hutagalung, H, P., Dan Abdul Rozak, 1997. MetodeAnalisis Air Laut, Sedimendan Biota, Buku 2. P3O. LIPI Jakarta.
Levinton, J. S., 1982. Marine Ecology. Printice Hall inc. Diambil dari http://muammarfaperik.blogspot.com/2010/05/karakteristik-air-laut.html pada 6 April 2011

Nybakken, J. W.1992. Biologi Laut sebagai Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Jakarta

Romimohtarto dan Sri Juwana. 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta

Tubalawony, S., 2002. Karakteristik Fisik-Kimia dan Klorofil-a Laut Timor. Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Valiela, I., 1984. Marine Ecological Processes. Library of Congress Catalogy in Publication Data, New York, USA. Diambil dari http://muammarfaperik.blogspot.com/2010/05/karakteristik-air-laut.html pada tanggal 6 April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar