Social Icons

Pages

Senin, 21 Maret 2011

SISTEMATIKA KARANG

Terumbu karang atau coral reefs adalah ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO ) yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut.

Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut utama, disamping hutan mangrove dan padang lamun. Karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) hidup berkoloni, dan tiap individu karang yang disebut polip menempati mangkuk kecil yang dinamakan koralit.Tiap mangkuk koralit mempunyai beberapa septa yang tajam dan berbentuk daun yang tumbuh keluar dari dasar koralit, dimana septa ini merupakan dasar penentuan spesies karang. Tiap polip adalah hewan berkulit ganda, dimana kulit luar yang dinamakan epidermis dipisahkan oleh lapisan jaringan mati (mesoglea) dari kulit dalamnya yang disebut gastrodermis. Dalam gastrodermis terdapat tumbuhan renik bersel tunggal yang dinamakan zooxantellae yang hidup bersimbiosis dengan polip. Zooxantellae dapat menghasilkan bahan organik melalui proses fotosintesis, yang kemudian disekresikan sebagian ke dalam usus polip sebagai pangan.
Pada terumbu karang karibia dearah karang dibagi menjadi bebeapa jenis berdasarkan atas kedalamannya, yaitu:

a. Karang dangkal (reef flat)
Pada daerah ini banyak terjadi aktifitas fisik seperti gelombang, sedimentasi. Karang pada daerah ini dapat meredam energi gelombang sampai 97%. Zonasi pada daerah ini mengalami transisi dimana karang bercabang dan karang api cenderung lebih kearah darat.
Karang ini beradaptasi terhadap tingkat sedimentasi yang tinggi. Jenis yang mendominasi pada daerah ini yakni jenis massiv seperti Porites.
b. Karang depan (reef crest)
Zonasi pada daerah ini sangat kompleks. Daerah ini berada dibawah zona ombak pecah dan gelombang. Pada daerah ini banyak ditemukan jenis brancing seperti Acropora.
c. Slope karang (reef slope)

Daerah ini terdapat pada pertemuan teluk. Kedalamannya antara 30-35 m. Pada tempat ini tingkat kecuramannya lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sebelumnya. Daerah ini bentuk topografinya brbukui-bukit dengan zonasi karang yang tidak jauh berbeda dengan daerah sebelumnya. Dinding karang Daerah ini memiliki kedalaman antara 50-85 m. Tingkat kecuraman daerah ini yang paling tinggi dibandingkan daerah sebelumnya. Karang pada daerah ini kebanyakan bentuknya melebar untuk menangkap sinar matahari yang kurang
Selain zonasi pada daerah yang dangkal terdapat juga zonasi karang pada daerah yang agak dalam, dengan kedalaman antara 60 m sampai 150 m. Zonasi tersebut disebut Twilight Zone. Pada zonasi ini sangat tergantung pada cahaya matahari. Zonasi ini ditemukan pada samudera terbuka yang jernih dimana cahaya matahari dapat tembus sampai kedalaman maksimum. Pada batas atas yakni 60 m mewakili pertumbuhan optimal karang, sedangkan batas bawah mewakili batas intensitas cahaya matahari. Zonasi karang pada daerah ini masih sangat sedikit yang diselidiki sehingga data yang diperoleh masih sangat sedikit.
Daftar istilah anatomi penyusun rangka karang

a. Koralit, merupakan keseluruhan rangka kapur yang terbentuk dari satu polip.
b. Septa, lempeng vertikel yang tersusun secara radial dari tengah tabung, seri
septa berbentuk daun dan tajam yang keluar dari dasar dengan pola berbeda
pada tiap spesies sehingga menjadi dasar pembagian (klasifikasi) spesies karang. Dalam satu koralit terdapat beberapa lempeng vertikel septa.
c. Konesteum, suatu lempeng horisontal yang menghubungkan antar koralit.
d. Kosta, bagian septa yang tumbuh hingga mencapai dinding luar dari koralit
e. Kalik, bagian diameter koralit yang diukur dari bagian atas septa yang berbentuk lekukan mengikuti bentuk bibir koralit
f. Kolumela, struktur yang berada di tengah koralit. Terdapat empat bentuk kolumela yang sering dijumpai yaitu padat, berpori, memanjang dan tanpa kolumela.
g. Pali, bagian dalam sebelah bawah dari septa yang melebar membentuk tonjolan sekitar kolumela. Membentuk struktur yang disebut paliform.
h. Koralum, merupakan keseluruhan rangka kapur yang dibentuk oleh keseluruhan polip dalam satu individu atau satu koloni.
i. Lempeng dasar, merupakan bagian dasar atau fondasi dari septa yang muncul membentuk struktur yang tegak dan melekat pada dinding.

Reproduksi Seksual
Karang memiliki mekanisme reproduksi seksual yang beragam yang didasari oleh penghasil gamet dan fertilisasi. Keragaman itu meliputi:
A. Berdasar individu penghasil gamet, karang dapat dikategorikan bersifat:
1. Gonokoris
Dalam satu jenis (spesies), telur dan sperma dihasilkan oleh individu yang berbeda. Jadi ada karang jantan dan karang betina
Contoh: dijumpai pada genus Porites dan Galaxea
2. Hermafrodit
bila telur dan sperma dihasilkan dalam satu polip. Karang yang hermafrodit juga kerap kali memiliki w aktu kematangan seksual yang berbeda, yaitu
• Hermafrodit yang simultan menghasilkan telur dan sperma pada w aktu
bersamaan dalam kesatuan sperma dan telur (egg-sperm packets). Meski dalam satu paket, telur baru akan dibuahi 10-40 menit kemudian yaitu setelah telur dan sperma berpisah.
Contoh: jenis dari kelompok Acroporidae, favidae
• Hermafrodit yang berurutan, ada dua kemungkinan yaitu
individu karang tersebut berfungsi sebagai jantan baru, menghasilkan sperma untuk kemudian menjadi betina (protandri), atau adi betina dulu, menghasilkan telur setelah itu menjadi jantan (protogini)
Contoh: Stylophora pistillata dan Goniastrea favulus
Meski dijumpai kedua tipe di atas, sebagian besar karang bersifat gonokoris
B. Berdasar mekanisme pertemuan telur dan sperma
1. Brooding/planulator
Telur dan sperma yang dihasilkan, tidak dilepaskan ke kolom air sehingga fertilisasi secara internal. Zigot berkembang menjadi larva planula di dalam polip, untuk kemudian planula dilepaskan ke air. Planula ini langsung memiliki kemampun untuk melekat di dasar perairan untuk melanjutkan proses pertumbuhan.
Contoh: Pocillopora damicornis dan Stylophora
2. Spawning
Melepas telur dan sperma ke air sehingga fertilisasi secara eksternal. Pada tipe ini pembuahan telur terjadi setelah beberapa jam berada di air.
Contoh: pada genus Favia
Dari sebagian besar jenis karang yang telah dipelajari proses reproduksinya, 85% di antaranya menunjukkan mekanisme spawning. Waktu pelepasan telur (Richmond 1991)

Siklus reproduksi karang secara umum adalah sebagai berikut: Telur & spema dilepaskan ke kolom air (a) fertilisasi menjadi zigot terjadi di permukaan air (b) zygot berkembang menjadi larva planula yang kemudian mengikuti pergerakan air . Bila menemukan dasaran yang sesuai, maka planula akan menempel di dasar (c) planula akan tumbuh menjadi polip (d) terjadi kalsifikasi (e) membentuk koloni karang (f) namun karang soliter tidak akan membentuk koloni
Baik reproduksi secara seksual maupun secara aseksual dijalankan oleh karang tentunya untuk tujuan mempertahankan keberadaan spesiesnya di alam. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga kedua metode tersebut saling melengkapi. Berikut adalah perbandingan reproduksi aseksual dan seksual dipandang dari sisi ketahanan dan adaptasi terhadap lingkungan.
Acropora florida
Acropora florida adalah jenis karang yang memiliki pertumbuhan bercabang (branching). Acropora florida banyak ditemukan di perairan spermonde khususnya di pulau barrang lompo. Habitat dari acropora florida, banyak ditemukan diperairan yang dangkal (reef crest) daerah ini berada dibawah zona ombak pecah dan gelombang. Cara identifikasi yang kami lakukan adalah cara visual yaitu pengamatan pada sampel secara langsung.
Bentuk morfologi dari acropora ini adalah, percabangan yang tebal, terlihat sangat kuat, axial dan radialnya sangat kelihatan dan warnahnya hijau tua.
Genus Acropora memiliki jumlah jenis (spesies) terbanyak dibandingkan genus lainnya pada karang. Karang jenis ini biasanya tumbuh pada perairan jernih dan lokasi dimana terjadi pecahan ombak. Bentuk koloni umumnya bercabang dan tergolong jenis karang yang cepat tumbuh, namun sangat rentan terhadap sedimentasi dan aktivitas penangkapan ikan (Johan, 2003).
Teknik kedua yang dipakai dalah teknik kedua yaitu Teknik menelaah rangka kapur karang. Teknik ini memperhatikan bentuk rangka kapur karang, pada karang yang telah mati. Untuk dapat menerapkan teknik ini, kita terlebih dahulu harus memahami bagian-bagian dari rangka kapur karang. Bagian-bagian dari rangka kapur karang yang perlu diperhatikan antara lain ialah bentuk koloni (apakah tergolong masif, bercabang, lembaran, dll.), bentuk koralit (ceroid, plocoid, meandroid, dll.) dan bagian-bagian koralit lainnya seperti septa, pali, columella dan coenostium. Alat bantu yang diperlukan antara lain ialah kaca pembesar (Johan, 2003). Dan struktur koralit yang terdapat pada acropora florida adalah phaceloid.
Teknik ketiga yaitu pengamatan pada bentuk pertumbuhan karang. Cara ini sangat mudah dan cepat dipelajari yaitu dengan melihat bentuk pertumbuhan koloni karang. Bagi peneliti muda dan penelitian kondisi terumbu karang, metode ini sudah sering digunakan. Kemudian kemampuan identifikasi karang akan terus meningkat sesuai dengan pengalaman seiring dengan berjalannya waktu dan seringnya melakukan survei karang (Johan, 2003).
Koloni sangat umum dijumpai dalam bentuk bercabang, meja dan semak-semak. Bentuk mengerak (encrusting) dan submasif jarang ditemukan. Memiliki dua tipe koralit yaitu axial koralit dan radial koralit. Tidak memiliki kolumella. Dinding koralit terpisah dengan konesteum (koralit memiliki dinding masing-masing). Polip hanya muncul dimalam hari. ( Johan, 2003 ).
Reproduksi
Reproduksi dari acropora ada aseksual dan seksual, acropora kadang terjadi aseksual seperti fragmentasi. Terkadang karang khususnya yang betuyk pertumbuhannya branching gampang patah dan pada saat itulah sewaktu patahannya jatuh dan menyentuh substrat yang cocok.
Asosiasi
Pada waktu sampel ini diambil, acropora banyak ditemukan di daerah reef crest dan reef slope karena acropora tidak dapat hidup di daerah yang ekstrim akibat hempasan ombak, acropora hanya hidup pada daerah perairan yang tidak terlalu ekstrim. Acropora berasosiasi dengan karang massive, ikan karang anemone dan bintang laut.
Cara makan
1. Menangkap makanan dengan menggunakan trentakelnya.
2. Menerima hasil fotosintesis dari zooxanthellae.


DAFTAR PUSTAKA

Johan, 2003 . Sistematika dan teknik identifikasi karang, jurnal.IPB. Bogor.
Timotius, 2002. Biologi karang1. Jurnal. IPB. Bogor.
http://www.ubb.ac.id/indexkarang.php?judul_karang=Laboratorium%20Perikanan%20UBB%20Berhasil%20Transplantasi%20Karang&&nomorurut_karang=26
http://www.docstoc.com/docs/DownloadDoc.aspx?doc_id=10627387&ref_url
http://www.bishopmuseum.org).
(http://geology.uprm.edu).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar